Feature

Pameran Seni Rupa Karya 30 Perupa Dipajang Terbuka Untuk Umum di PAS Yogyakarta

Pameran Seni Rupa Karya 30 Perupa Dipajang Terbuka Untuk Umum di PAS Yogyakarta

Pameran Seni Rupa Karya 30 Perupa Dipajang Terbuka Untuk Umum di PAS Yogyakarta

Impessa.id, Yogyakarta: Gelaran kesenian bertajuk '78 Wajah Indonesia: Citra Jiwa Nusantara', berupa kegiatan pameran seni rupa dan pentas seni yang diselenggarakan oleh Departemen Media dan Informasi DEMA Justicia Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, bekerjasama dengan Pendhapa Art Space, di Pendhapa Art Space Jalan Lingkar Selatan, Tegal Krapyak, Panggungharjo Sewon Bantul, Jumat-Minggu (10-12/11) terbuka untuk umum.

Pameran seni rupa memajang lukisan dan patung hasil kreasi 30 perupa Yogyakarta dan peserta pelukis yang masih kuliah di ISI Yogyakarta, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Perupa Yogyakarta yang berpartisipasi diantaranya, Irwanto ‘Lentho’, Widi S Martodiharjo, Heri Dono dan Arya Pandjalu.

Perupa Widi S Martodiharjo mengungkapkan, ketika ada sejumlah anak muda yang kuliah Fakultas Hukum UGM Yogykarta datang ke rumah dan mengajak untuk berpartisipasi pameran bertema ‘78 Wajah Indonesia: Citra Jiwa Nusantara’ langsung diterima dengan gembira. Pertama, kalangan muda mahasiswa Fakultas Hukum UGM mempunyau semangat ‘art’ membuat kegiatan pameran seni rupa dan pentas kesenian itu luar biasa. Kedua, memilih tema yang mempunyai spirit cinta tanah air lewat media seni dan budaya.

“Saya bangga saat diajak berkolaborasi untuk ikut pameran seni rupa yang diselenggarakan mahasiswa FH UGM. "Karena itu, saya mendukung dan mengajak sejumlah teman perupa Yogyakarta termasuk Heri Dono, Arya Panjalu dan relasi perupa lainnya ikut mendukung pameran bertajuk 78 Wajah Indonesia: Citra Jiwa Nusantara yang digelar di Pendapa Art Space,” tutur Widi.

Ketua Panitia Najma Akalia mengatakan, pameran dan pentas seni selain mengangkat unsur kebudayaan, juga mengangkat unsur isu sosial yang sedang terjadi di masyarakat. Unsur kebudayaan menjadi suatu hal yang sangat krusial untuk diangkat karena pembentuk jiwa bangsa dapat turut menjadi identitas kehidupan bangsa. Kemudian isu sosial merupakan keadaan kehidupan bermasyarakat dalam segala aspek yang dapat meningkatkan kepekaan mahasiswa dalam lingkungannya. Selayaknya mahasiswa hukum yang ideal, menyadari perlunya kepekaan dalam memahami isu sosial dan kebudayaan masyarakat sekitarnya.

"Karena itu, untuk melatih kepekaan, sebagai mahasiswa, diimplementasikan salah satunya dengan adanya charity yang nantinya akan  alokasikan kepada seniman disabilitas ikut menjunjung inklusivitas dalam aspek seni terutama di Indonesia" papar Najma Akalia, saat pembukaan pameran ‘78 Wajah Indonesia’, di Pendhapa Art Space. Najma Akalia menambahkan, dalam pameran '78 Wajah Indonesia' menggelar teater yang bertemakan 'Harmony in Legality: Exploring Communities in Indonesia through the Lens of Law'  memiliki alur tentang kehidupan “Proletar” dan “Borjuis” di Indonesia, serta bagaimana masing-masing dari mereka berjuang untuk mempertahankan hidup mereka di Indonesia. Selain itu, teater juga akan menunjukkan bagaimana kehidupan mereka selama ini dengan hukum positif di Indonesia dan bagaimana mereka tetap memiliki patriotisme dan berusaha memerangi isu-isu yang memecah belah bangsa Indonesia.

"Harapannya, kepekaan mahasiswa hukum dan masyarakat umum bisa meningkat untuk memahami kehidupan sosial yang ada di masyarakat dan mempengaruhi keberpihakan mahasiswa dalam memandang suatu isu sosial," imbuh Najma Akalia.

Direktur Pendhapa Art Space Ganes menjelaskan, bahwa Pendhapa Art Space sebagai ruang publik yang didirikan oleh Dunadi (pematung Yogyakarta), menyediakan fasilitas untuk penyelenggaraan kegiatan seni dan budaya bagi para seniman, sanggar seni, instansi, lembaga pendidikan dan masyarakat. Selain memiliki ruang galeri pameran seni dan ruang pertunjukan, Pendhapa Art Space, juga memiliki ruang latihan, alat musik gamelan, fasilitas panggung terbuka, dan taman patung untuk pesta kebun. PAS juga dilengkapi fasilitas PAS Podjok Coffee & Eatery dan PAS Limasan Homestay (rumah tradisional Jawa) untuk mendukung seluruh kegiatan. PAS merupakan destinasi wisata seni yang lengkap. Pengunjung bisa menginap, sekaligus berkarya membuat karya seni, melihat pertunjukan seni, menikmati pameran lukisan dan patung, berdiskusi dengan para seniman. (Khocil Birawa/Antok Wesman-Impessa.id)