Feature

SITI ADIYATI, Peraih Chevalier les Arts et Lettres dari Pemerintah Perancis, Gelar Karya Spektakuler BLERO, Di JNM Yogyakarta, 1-31 Oktober 2025

SITI ADIYATI, Peraih Chevalier les Arts et Lettres dari Pemerintah Perancis, Gelar Karya Spektakuler BLERO, Di JNM Yogyakarta, 1-31 Oktober 2025

SITI ADIYATI, Peraih Chevalier les Arts et Lettres dari Pemerintah Perancis, Gelar Karya Spektakuler BLERO, Di JNM Yogyakarta, 1-31 Oktober 2025

Impessa.id, Yogyakarta, Indonesia, September 2025: Setelah tiga tahun, sejak 2023, mempersiapkan segala sesuatunya, kini Bu Atik, sapaan akrab perupa Siti Adiyati, menggelar karya-karyanya dalam pameran spektakuler bertajuk BLERO, bertempat di Pendopo Ajiyasa Jogja National Museum -JNM Yogyakarta, pada 1-31 Oktober 2025.

Jogja National Museum (JNM) melalui Pendopo Ajiyasa menjadi tuan rumah pameran seni rupa terbaru dari perupa senior Siti Adiyati, bertajuk BLERO, menghadirkan rangkaian karya instalasi, digital, dan lukisan yang menandai perjalanan panjang Siti Adiyati sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah seni rupa Indonesia.

Siti Adiyati Lahir di Yogyakarta pada tahun 1951, salah satu tokoh penting Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (GSRBI) yang diselenggarakan pada tahun 1975–1979. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Seni Rupa Indonesia SSRI dan Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta serta aktif sebagai pengajar, penulis, dan mempublikasikan pemikirannya tentang seni. Sepanjang kariernya, Bu Atik menerima berbagai penghargaan bergengsi, di antaranya Chevalier l es Arts et Lettres dari Pemerintah Prancis (1994), Friend of the Arts Award dari National Arts Council Singapore (2022), serta Lifetime Achievement Award dari Yayasan Biennale Yogyakarta (2023).

Melalui BLERO, Bu Atik mengangkat istilah Jawa “blero” yang sering dipakai untuk menyebut sesuatu yang dianggap tidak biasa, sumbang, wagu, bahkan aneh. Baginya, hal-hal yang tampak tidak selaras itulah yang justru membuka ruang kesadaran baru. Lebih dari sekadar pameran, BLERO dirancang sebagai ruang refleksi yang mengajak publik untuk melihat perbedaan dan ketidakteraturan bukan sebagai kesalahan, melainkan sebagai bagian dari kehidupan yang kompleks. Melalui karya-karyanya, Siti Adiyati menghadirkan pengalaman estetis yang mengundang mata, menyentuh ingatan, tubuh, dan kesadaran diri.

Pameran “Blero” menampilkan berbagai karya yang saling terhubung. Membutuhkan setidaknya 60 menit untuk persesi agar pengunjung dapat menikmati alur karya yang dihadirkan. Berawal dari ‘Karya Dolanan Anak’, yang pertama kali hadir pada Pameran Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia 1977, direproduksi kembali dalam skala lebih besar, menghadirkan nostalgia masa kecil yang penuh keluguan dan kegembiraan.

Dilanjutkan dengan karya instalasi ‘Lorong Rasa’, ruang multisensori yang mengaktifkan kembali kepekaan pengunjung terhadap suara, aroma, cahaya, sentuhan, dan pengalaman batin. Setelah itu, pengunjung dapat menikmati video yang mengisahkan penciptaan: ‘Universe’, ‘Anak Krakatau’, dan ‘Genesis’, merefleksikan asal-usul semesta, bencana, dan unsur kehidupan yang saling berdekatan dengan kehidupan manusia.

Kemudian karya digital 12 Panel ‘Senjakala Gunung Merapi’, menggambarkan Gunung Merapi sebagai entitas hidup yang dinamis dengan siklus terang, gelap, hening, dan pergolakan. Karya ‘Gunung Sewu’ dan ‘Semprang’ (3D) mengangkat lanskap karst tropis beserta kisah kehidupan melalui suatu wilayah dengan kelangkaan air dan Semprang, sejenis capung, turut menjadi penanda kehidupan itu.

“Capung, selain serangga purba yang masih tetap eksis hingga kini, merupakan hewan penanda bahwa diwilayah itu terdapat air, sumber kehidupan makhluk hidup, karena capung bertelur dan larvanya hidup didalam air, banyak ragam jenis capung yang ada dengan warna-warni nan elok, semisal ‘Tok-Erok’ (jenis yang terbesar) kemudian ‘Bandempo’ yang warnanya hijau loreng hitam, ‘Semprang’ dengan aneka ragam warna, dan ‘Toiyik’, jenis capung kecil, serta ‘Kinjeng Dom’ lembut, bentuknya panjang seukuran jarum, semua capung merupakan serangga predator pemakan nyamuk dan lalat,” ungkap Bu Atik kepada awak media, Rabu (1/9/25), disela-sela penayangan karya tersebut.

Instalasi ‘Domino dan Kuasa Alam’, sebuah karya interaktif berukuran 8x8 meter yang memadukan kayu alam dan material fabrikasi, menghadirkan simbol kontradiksi antara kekuatan alam dan teknologi modern. Ruang bermain ‘Domino’ yang di tata oleh Dyas selaku Penata Ruang, berkapasitas 20 pengunjung secara bergantian.

“Pengunjung bebas masuk area Domino, dan bermain disitu, namun menggantikan alas kakinya dengan sandal yang telah tersedia. Adapun meja kayu yang ada itu mempunyai nilai sejarah tersendiri, meski terbuat dari batang pohon Pinus yang rapuh, menjadi saksi bisu ketika ‘Wedhus Gembel’ awan panas Gunung Merapi meluncur, menerjang Desa Kinahrejo di kaki Gunung Merapi Yogyakarta. Bagi saya Gunung Merapi mempunyai kenangan indah, dan menjadi sumber inspirasi yang tidak pernah habis-habisnya,” imbuh Bu Atik.

Keluar dari ruang Pendopo Ajiyasa, pengunjung menemui karya gigantic, kolaborasi antara siswa Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) dengan Siti Adiyati yang dinamai ‘Plaza Pertemuan’, sebuah ruang dengan bangku melingkar yang diciptakan sebagai titik temu lintas sosial dan budaya.

“Pada dasarnya dalam pameran Blero ini, saya melakukan kolaborasi dengan berbagai profesi, diantaranjya bersama animator Wahyu Nur Iman, yang mengubah karya flat menjadi wujud tiga dimensi yang ditembakkan kedinding ruang pameran yang menjadikan panel-panel karya berukuran kecil tampak besar dan hidup, dipadu alunan suara yang terkadang terdengar ‘Blero’ kreasi sang music direktur yang menghidupkan suasana,” ujar Bu Atik lebih lanjut.

Pagelaran BLERO berlangsung sebulan penuh, di Pendopo Ajiyasa, JNM Bloc, Yogyakarta, pada 1–31 Oktober 2025, dengan jam kunjungan pukul 10.00 hingga 21.00 WIB yang terjadwal dalam 10 sesi di setiap harinya dan terbuka untuk umum. Tiket masuk bisa didapatkan melalui platform artatix dan loket di lokasi dengan harga 30.000 untuk pelajar tingkat TK-SMA dan 50.000 untuk dewasa dan umum. Informasi lebih lanjut mengenai jadwal dan program dapat diakses melalui media sosial Instagram: @blero.art. (Feature of Impessa.id by Meylani Wiradz-Antok Wesman)