Arya Pandjalu, Gelar Pameran Tunggal Scratching Codes, Di Krack Studio Sisi Timur Lapangan Minggiran Yogyakarta, 3-16 November 2023.

Arya Pandjalu, Gelar Pameran Tunggal Scratching Codes, Di Krack Studio Sisi Timur Lapangan Minggiran Yogyakarta, 3-16 November 2023.
Impessa.id, Yogyakarta: Seniman Arya Pandjalu mengundang kita untuk menguraikan ekspresi lugas dari sensor bahasa melalui pameran tunggalnya yang bertajuk "Scratching Codes" di Krack Studio jalan D.I. Pandjaitan, RT 42 RW 12 Mantrijeron, Yogyakarta, atau di sisi Timur Lapangan Minggiran, pada 3-16 November 2023.
Denny Rachman, dedengkot Seni Grafis Minggiran, kepada Impessa.id ketika dimintai pendapatnya terkait pameran tunggal Arya Pandjalu di Crack Studio tersebut, menuturkan, “Kalau kita berbicara tentang teknis, karya-karya Arya Pandjalu ini, dia memanfaatkan teknik silkscreen, yang kemudian di respon dengan painting, memang basic nya dari foto, foto coretan-coretan di dinding-dinding jalan yang dipilih oleh Arya yang dianggap sebagai kode-kode yang bisa direpresentasikan menjadi karya baru.”
“Hasil foto itu kemudian diolah kedalam teknik silkscreen, di respon dengan painting untuk nambah color dan segala macem, hal ini menarik, memanfaatkan teknik grafis untuk berkarya jadi expended, maksudnya, grafis dibawa ke yang lebih expand lagi, sebagai cara bagaimana menghadirkan di media kanvas kemudian direspon. Dalam konteks seni kontemporer, karya-karya Arya ini sangat menarik,” ujar Denny Rachman.
Sudjud Dartanto selaku kurator, dalam dalam sambutan pembukaan pameran menuturkan “Scratching Codes”, berfungsi sebagai dialog imajiner atas ekspresi masyarakat yang tidak disaring, membongkar lapisan makna yang tertanam dalam tindakan penyekaan (scratching) yang tampaknya spontan. Arya menjelajahi ranah di mana bahasa tidak terkode menjadi alat yang kuat untuk menyatakan kejujuran dan kepolosan.
“Dalam pameran ini, Ia mengangkat penyekaan dari asalnya yang umum di dinding dan meja ke ranah puisi visual, di mana setiap tanda menjadi bait dalam narasi yang dalam,” ujar Sujud Dartanto.
Dijelaskan, penyekaan di meja, tembok, yang biasanya dijauhkan dari pusat pembicaraan resmi, berubah menjadi kanvas yang menggemakan ekspresi yang tidak terkekang dari publik. "Scratching Codes," mengisyaratkan pada bahasa tersembunyi yang menunggu untuk diuraikan. Anda diundang untuk mendekripsi signifikansi simbolis di balik setiap goresan pada 35 bidang kanvasnya.
Karya Arya menjadi kode visual, puisi goresan yang melampaui batasan bahasa, menawarkan bahasa universal yang berkomunikasi pada tingkat emosional dan primitif serta menyungguhkan keindahan yang terlewatkan yang ditemukan dalam keacakan ekspresi yang tidak terduga, mengubah apa yang mungkin dianggap sebagai vandalisme menjadi kanvas puisi visual. “Dalam dunia Arya, penyekaan menjadi kode universal yang menanti untuk diartikan, puisi visual yang melampaui batasan bahasa itu sendiri,” imbuh Sujud Dartanto lebih lanjut. (Joelya Nurjani/Antok Wesman-Impessa.id)