BREGADA SATRIYA ABHIPRAYA Tampil Pada MERTI DUSUN Padukuhan Donotirto 2025
Impessa.id, Yogyakarta: Merti Dusun Padukuhan Donotirto 9, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, 2025, dengan tema “Lestarining Budoyo Kinaryo Nggowo Kuncarining Bangsa”, diawali dengan Angsum Dahar Tahlilan dan Karawitan pada Sabtu (19/7/2025), diikuti oleh pemuka agama, sesepuh–pinisepuh, Lurah Bangunjiwo, H. Parja, S.T., M.Si., Pamong Desa dan perwakilan warga dari 10 RT, di Padukuhan Donotirto.
Acara tersebut memiliki makna simbolis sebagai wujud pelestarian budaya dan mempererat tali silaturahmi serta memohon berkah bagi seluruh warga. Kemudian, selama sepekan Merti Dusun dimeriahkan dengan kehadiran Pasar Malam Rakyat di Lapangan Padukuhan Donotirto. Adapun pentas pertunjukan Jathilan Kudho Manunggal pada Jum’at (25/7), Kethoprak Krido Manunggal pada Sabtu (26/7), dan Kirab Budaya pada Minggu (27/7) menjadi acara pamungkas.
Selepas Kirab Budaya keliling kampung mulai dari Lapangan Padukuhan Donotirto pada siang hari, maka pada malamnya, digelar Pentas Wayang Kulit Purwa semalam suntuk bersama Dhalang Ki Hadi Sutoyo yang membabar lakon Gareng Dadi Ratu dengan bintang tamu Dimas Tejo.
Salah satu penampil yang menarik perhatian pada Kirab Budaya yang diikuti oleh Sembilan Rukun Tetangga -RT di Padukuhan Donotirto yakni tampilnya pertunjukan sendratari Dewi Sri bersama Pasukan Prajurit Bregada Satriya Abhipraya. Sebagai Dewi Kesuburan yang berperan penting dalam kehidupan agraris masyarakat Jawa, sendratari Dewi Sri melekat erat sebagai upacara Sedekah Bumi, sesuai dengan tema yang diusung. dilengkapi Tumpeng Gunungan berisi aneka hasil bumi, sebagai rasa syukur atas melimpahnya anugerah dari Sang Maha Kuasa.
Dewi Sri menjadi simbol kesatuan dan harmonisasi antara manusia dan alam, mengajarkan manusia untuk hidup selaras dengan menjaga keseimbangan ekosistem alam dan lingkungannya. Legenda Dewi Sri telah menjadi bagian dari tradisi dan budaya agraris Indonesia yang mengajarkan nilai-nilai penghormatan terhadap alam, serta pentingnya pertanian bagi kehidupan manusia. Dewi Sri dirayakan melalui berbagai ritual, upacara, dan karya seni, demi menjaga warisan budaya leluhur tetap lestari.
Dalam pentas sendratari itu. Dewi Sri diperankan oleh Zallica Clara Alkhanza, menari sambil memainkan wayang Dewi Sri sebagai personifikasi lakon yang dimainkan. Dikawal oleh Pasukan Bregada Satriya Abhipraya terdiri dari 30 prajurit laki-laki dilengkapi dua bendera Panji (Pataka), keris dan tombak, diiringi irama suling dan tambur. Di bagian belakang diikuti oleh 20 prajurit Pasukan Panah Perempuan. Pasukan Bregada Satriya Abhipraya tersebut berasal dari) Donotirto 9 dipimppin oleh Ketua RT. 9, Liliek Dwi Soekarno.
Pasukan Bregada Prajurit Satriya Abhipraya menjadi menarik karena lahir dari sebuah kolaborasi kolektif antara Paguyuban Pengrajin Melati Rinonce – Tunas Bakti dan Sanggar Keris Mataram (SKM) Yogyakarta yang kebetulan berada dalam satu wilayah yang sama di Donotirto 9, yang me njadikannya satu-satunya Pasukan Bregada Prajurit yang dimiliki di wilayah setingkat RT, di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bregada Satriya Abhipraya
Satriya adalah prajurit atau kesatria yang berwibawa dan gagah berani, sedang Abhipraya diartikan sebagai keinginan atau harapan. “Dalam konteks spiritual, nama ini mencerminkan aspirasi yang tinggi, kerinduan untuk mencapai pengetahuan yang lebih dalam dan realisasi diri. Nama Abhipraya lebih dari sekadar penanda identitas, namun juga manifestasi dari harapan dan impian pemiliknya. Secara budaya Abhipraya dapat ditemukan dalam berbagai kebudayaan yang memiliki pengaruh bahasa Sansekerta,” papar Ketua SKM Yogyakarta, Ki Nurjianto.
Menurut pria yang akrab disapa dengan Gus Poleng, Abhipraya digunakan dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan filosofi hidup yang mendalam. Abhipraya melambangkan keinginan untuk melakukan kebaikan dan memberi dampak positif pada lingkungan sekitar. “Pilihan nama ini sering diartikan sebagai individu yang berkarakter kuat, memiliki tujuan hidup yang jelas, serta memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam masyarakatnya,” ungkapnya.
Dalam pada itu, Liliek Dwi Soekarno menambahkan, “Kami sengaja menampilkan format dan konsep yang berbeda dalam Kirab Budaya Merti Dusun Padukuhan Donotirto ini dengan menampilkan personifikasi sosok Sang Dewi Sri dan Kesatuan Bregada Prajurit Satriya Abhipraya. Selain menjadi ajang hiburan rakyat, kegiatan ini juga merupakan bentuk pelestarian budaya lokal yang sarat dengan pesan dan nilai tradisi dari kearifan lokal masyarakat Jawa dalam memaknai hakekat inti dari peristiwa perayaan Merti Dusun.”
Setelah sering berdiskusi bersama warga setempat, Liliek melihat adanya potensi dan peluang untuk berkolaborasi dengan SKM Yogyakarta guna merealisasikan maksud dan tujuan itu. “Kebetulan kami berada dalam satu wilayah RT bersama dengan Sentra Para Pengrajin Melati Rinonce, terlebih lagi setelah melihat langsung di lapangan bahwa semangat kebersamaan serta ke gotong-royongan itu disambut sangat antusias oleh warga dari Padukuhan Donotirto, dan sekitarnya yang ikut memadati area pertunjukan dan jalan-jalan sepanjang rute yang dilalui Kirab Budaya,” ujar Pak RT yang mengepalai 80-an Kepala Keluarga.
“Sebagai bagian dari masyarakat, kami sebagai warga tentunya sangat mendukung dan senang bisa diajak bekerjasama untuk ikut berpartisipasi dan membersamai kegiatan rutin masyarakat di Donotirto RT. 09, di mana Museum dan Galeri Keris SKM Yogyakarta berada. Dengan ini, kami sebagai Perkumpulan Pelestari Tosan Aji yang memiliki Sanggar, Galeri, Perpustakaan, Besalen dan Museum Keris, juga dapat menguatkan visi-misi Desa Bangunjiwo dalam membingkai nilai-nilai tradisi untuk dapat menguatkan peran sebagai Desa Mandiri Budaya, pendukung Keistimewan DIY,” pesan Ki Arya Pandhu, selaku Pengelola Museum dan Galeri Keris SKM Yogyakarta.
Duta Seni Budaya dari RT. 09 yang dimotori oleh Liliek Dwi Soekarno berhasil meraih Juara II pada Lomba Kirab Budaya Merti Dusun Padukuhan Donotirto 2025, yang disaksikan oleh Perwakilan Bupati Bantul, Dinas Kebudayaan –Kundha Kabudayan– Kabupaten Bantul, Penewu Kapanewon Kasihan, Muspika Kapanewon Kasihan, Lurah Kalurahan Bangunjiwo, Ketua Bamuskal, Dukuh Donotirto, Ketua RT se-Donotirto, serta Pendamping Kebudayaan Desa Mandiri Budaya Bangunjiwo, dan warga Masyarakat. (Feature of Impessa.id by Pandhu-Antok Wesman)