Botol Plastik Bekas Di Konversi Menjadi Karya Artistik Dalam Pentas Octagon Syndrome Di PKKH UGM
Sampah botol plastik dikonversikan menjadi karya artistik nan elok sebagai properti pentas teater Octagon Syndrome di PKKH UGM, 4 dan 5 Agustus 2018.
Impessa.id, Jogja : Sampah botol plastik yang menjadi momok menakutkan bagi lingkungan oleh seniman Jogja dikonversikan menjadi karya artistik nan elok yang digunakan sebagai properti pentas teater Octagon Syndrome di Pusat Kebudayaan Koenadi Hardjasoemantri -PKKH UGM selama dua hari, 4 dan 5 Agustus 2018.
Komunitas Sakatoya berkolaborasi dengan Snooge Artwork, keduanya dari Yogyakarta, menggagas sebuah teater ekologi dengan pengolahan sampah botol dan sampah plastik sebagai narasi utama pertunjukan, baik secara tema cerita, maupun secara estetika visual. Produser Ninda menjelaskannya. “Untuk setting panggung, seluruhnya menggunakan plastic, baik berupa botol, bungkus makanan instan, bungkus snack bahkan ada selang-selang bekas dan juga sedotan-sedotan bekas, yang kemudian kami bersihkan sendiri. Ada beberapa material itu dari kerjasama profit dengan pemulung,” tutur Ninda.
Konsep tersebut berangkat dari pengalaman sehari-hari melihat maraknya minimarket 24 jam menjual minuman kemasan botol plastik yang mudah dan sangat praktis untuk dibeli, yang berakibat terjadi peningkatan sampah botol plastik yang dihasilkan setelah isinya dikonsumsi.
Sampah plastik yang mulai meresahkan itu kemudian diangkat pada sebuah pertunjukan teater bertajuk Octagon Syndrome, yang oleh Komunitas Sakatoya dan Snooge Artwork dihadirkan dalam sajian wahana mandi bola plastik menggunakan 10-ribu botol. Dani selaku Tata Artistik menuturkan idenya. “Disini saya menggambarkan suatu lingkungan yang tidak ada lagi tanah, tidak ada lagi tanaman, semuanya serba sampah plastik, bahkan bangunan dan pohon yang ada seluruhnya terbuat dari botol plastik, termasuk ruang penonton kami penuhi botol-botol plastik bekas”, ujar Eng kepada Impessa.id.
Ruang pertunjukan mengadopsi konsep wahana mandi bola yang jamak tedapat di Taman Hiburan Keluarga. Pada Octagon Syndrome, di-setting sebuah kurungan mandi bola memakai botol-botol plastik, demikian pula halnya diruang penonton. “Sepanjang proses menikmati pertunjukan, penonton yang disetiap sesi jumlahnya dibatasi 150 orang, duduk dilantai tertimbun botol-botol plastik. Inovasi tersebut untuk memunculkan sensasi dan respon terhadap isu sampah botol plastik yang terus hadir tak terhentikan,” ungkap Dani selaku Penata Artistik.
Sinopsis singkat, alkisah seorang Ayah bernama Octagon dimainkan oleh Kuza Katzu Zula Zazas, tinggal bersama dua anaknya Vanadium yang dimainkan oleh Amelia Rizqi Fitriani dan Etilena yang dimainkan oleh Prana Yunu. Mereka menetap disuatu area isolasi yang seluruhnya serba sampah plastik, baik tempat tinggal yang terbuat dari susunan sampah botol plastik, perabotan rumah juga dari sampah plastik, bahkan pepohonan juga terbuat dari sampah botol plastik. Hingga Octagon menyadari bahwa kematian mereka sudah semakin dekat karena Tabung Futuregen, peralatan teknologi penopang hidup sudah hampir habis masanya dan tidak dapat diperbaruhi lagi. Menyadari hal itu, Octagon mempersiapkan kematian diri dan kedua anaknya dengan membuat pemakaman terindah berujud Roket Raksasa terbuat dari susunan botol plastik, sebagai hadiah terakhir untuk kedua anak tersayangnya.
Pementasan Octagon Syndrome didukung sepenuhnya oleh Hibah Seni Pertunjukan PKKH, berlangsung dua hari dengan setiap harinya dua kali pentas, masing-masing, Sabtu dan Minggu (4-5 Agustus 2018) pukul 16.00 dan 19.30 WIB setiap harinya. Sutradara pementasan B.M. Anggana dari Komunitas Sakatoya. Kolaborator Artistik Dani Martin dari Snooge Artwork. Penata Musik Farindo Reska Jenark “Kidjing”, dan Produser Ninda. (Tok)