Feature

Seven Needles Jogja Gelar Pameran Sulam Tangan di Kedai Kebun Forum Yogyakarta, 10-14 Oktober 2023

Seven Needles Jogja Gelar Pameran Sulam Tangan di Kedai Kebun Forum Yogyakarta, 10-14 Oktober 2023

Seven Needles Jogja Gelar Pameran Sulam Tangan di Kedai Kebun Forum Yogyakarta, 10-14 Oktober 2023

Impessa.id, Yogyakarta: Pameran Sulam Tangan Seven Needles Jogja ke-13, berlangsung di Kedai Kabun Forum jalan Tirtodipuran Nomor 3, Yogyakarta, pada 10-14 Oktober 2023, sebagai kelanjutan dari rencana pameran di tahun 2019 yang tertunda akibat pandemi Covid-19. Menghadirkan 10 anggota dengan lebih dari 50 karya, pameran mendapat respon positip dari khalayak bahkan disaat pembukaan sudah ada beberapa karya langsung dibawa pembeli yang notabene adalah wisatawan yang esoknya harus pergi ke tempat lain.

Maestro sulam tangan madam Kristi Harjoseputro kepada Impessa.id usai euphoria pembukaan pameran, Selasa malam (10/10/2023), menuturkan bahwa Seven Needles Jogja tetap terbuka untuk siapapun, terlebih anak-anak muda yang berminat menekuni dunia sulam-menyulam. “Dari pengalaman jika kami membuat grup, awalnya memang aktif namun lama-kelamaan banyak anggota yang pasif sehingga dirasa kurang efektif, maka kami membuat grup tatkala ada event saja, sehingga setelah event berakhir maka grup kami bubarkan,” ungkap madam Kristi.

Meski berada di Yogyakarta, Seven Needles Jogja sebagai komunitas sulam bebas, tetap diminati oleh warga dari luar Jogja, dari Jakarta, Bandung, Surabaya, bahkan ada yang dari luar pulau. Pemula yang berminat mengikuti workshop menyulam, suatu teknik hias yang dilakukan dengan teknik tusuk untuk membuat pola atau desain yang diinginkan. Pemula wajib mengikuti workshop sulam dasar beberapa kali, kemudian baru mengikuti workshop sulam lanjutan, yang mana jenis tusuk-tusuknya lebih advance, sehingga nanti menyulamnya juga akan lebih bervariatif.

Bagi masyarakat awam yang penasaran ingin mencoba sulam tangan, cukup mengetahui peralatan yang utama yakni, Jarum Sulam, Benang Sulam, Pola, Hoop Sulam (kerangka melingkar guna mengencangkan kain yang disulam) dan Gunting Sulam.

Bagi anggota Seven Needles Jogja, menyulam sudah menjadi kegiatan sehari-hari, sudah mendarah daging, Berikut penuturan madam Kristi. “Ketika saya, membuat sebuah karya, apapun, tentu berharap menjadi karya yang indah, karya yang indah adalah apabila yang membuat bisa meniupkan ‘soul’ atau ‘jiwa’ kedalam nya, dan ‘soul’ itu menyatu dengan karya, dan seperti itu yang selalu saya lakukan. Karya saya itu cenderung sesuai dengan selera saya, saya mengerjakannya juga dengan hati gembira, pilihan gambar dan warna benang yang saya suka, dan dengan sendirinya ‘soul’nya akan dapet. Kalau memang sudah seneng banget ya ngga bisa di apa-apakan lagi”.

Menurut madam Kristi, sesuai motto, apa yang bisa digambar juga bisa di sulam, dan hasil sulamannya bisa untuk hanging wall decoration, untuk tote bag, pouch, taplak meja, sarung bantal, atau di pigura untuk hiasan dinding. “Kalau sudah menyulam lupa berhenti dan selalu ada gambar-gambar yang menarik yang bisa di pindahkan ke selembar kain, menjadi karya sulam,” imbuh madam Kristi lebih lanjut.

“Saya sih maunya, sulam tangan ini semakin eksis, semakin banyak dikenal, pola-polanya lebih berkembang mengingat referensinya semakin banyak dari media social, sering-sering gelar pameran agar lebih tersosialisasi di masyarakat luas dan peran pihak sponsor itu sangat penting,” tutup madam Kristi.Harjoseputro, bidan Seven Needles Jogja.

Dalam kesempatan itu Impessa.id menemui Yustina Neni, yang ketempatan menjadi tuan rumah pameran sulaman tersebut dan berikut pendapatnya. “Pada dasarnya khasanah seni itu luas, dan Kedai Kebun Forum merupakan ruang yang mengapresiasi keindahan. Dengan berbagai macam teknik, seni tekstil itu selalu ada didalam kekaryaan dari beberapa seniman. Salah satu sudut pandangnya yakni kerajinan, pengrajin adalah orang yang membuat kerajinan karena memang dia mempunyai satu keahlian didalam dirinya dan menggunakan semuanya itu sebagai bagian dari karya seninya. Sulam tangan adalah seni yang sangat basis, tidak semua orang bisa membuatnya, apresiasi yang tinggi untuk mereka yang mempunyai kemampuan menciptakan keindahan seperti karya-karya yang dipamerkan ini. Bahwa spektrum keindahan itu teramat luas, dan menjadi kebahagiaan seseorang yang masih mampu menyumbangkan keindahan pada dunia dan keberuntungan bagi kita semua yang masih bisa menikmatinya.” (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)