Event

Komunitas Seni Rupa Satu Atap Gelar Pameran Bertajuk "Instink" Di Bentara Budaya Yogyakarta

Komunitas Seni Rupa Satu Atap Gelar Pameran Bertajuk

Sri Pramono, salah seorang peserta pameran memajang dua lukisan berjudul "Rest Area:" dan "Spiritual" di Bentara Budaya Yogyakarta, 23-30 Juni 2018.

Impessa.id, Jogja : Lima belas perupa anggota Komunitas Satu Atap Yogyakarta, menggelar 26 karya mereka berupa lukisan dan karya instalasi dalam pameran bertajuk “Instink” di Bentara Budaya Yogyakarta jalan Suroto Nomor 2 Kotabaru mulai Sabtu, 23 Juni hingga 30 Juni 2018. Keunikan komunitas Satu Atap yang berdiri di Cabakan, Mlati, Sleman pada tahun 2011, anggotanya terdiri dari berbagai disiplin ilmu artinya tidak semua anggota berasal dari Akademi Seni Rupa, namun mereka dapat disatukan dalam sinergi nan dinamis untuk melahirkan karya seni.

Bahkan kelompok tersebut telah menggelar pameran bersama di berbagai lokasi diantaranya di Kersan Art Studio Bantul, di Limanjawi Art House Borobudur, di Banyu Bening Art Space Borobudur, di Gallery Uma Art Space Alam Sutra Jakarta dan beberapa anggotanya pernah mengikuti pameran di Galeri Nasional Jakarta, di Iris Galery Ciputra Jakarta.

Kepada Impessa.id, kurator pameran Hendra Himawan menjelaskan makna judul Instink yang berpijak pada gagasan menyandingkan pemahaman tentang manusia dan hewan yang mengerucut pada sifat yang menyerupai atau membedakannya. “Masyarakat sekarang serba cepat, semua dipaksa untuk kompetitif, kalau kita melihat dunia sebagai suatu hal yang sifatnya kopetitif, jadi akan muncul persaingan, nah, persoalan yang muncul adalah persaingan yang kemudian untuk menjatuhkan yang lain, persaingan untuk berani menindas yang lain, hal itu tidak bisa lepas dari instink”, ungkapnya.

“Di dunia kesenian, perjuangannya adalah eksistensi, perjuangannya adalah bagaimana karakter personal muncul, bahwa di tengah dunia yang serba ilusif, ditengah dunia yang serba kompetitif ketika singgungan diantara keinginan untuk sukses itu seringkali harus menindas yang lain, merendahkan yang lain, ternyata kita harus introspeksi diri sebetulnya”, imbuh Hendra Himawan.

Salah seorang seniman yang ditemui Impessa.id, bernama Sri Pramono menjelaskan maksud dua karya lukisannya dengan judul “Rest Area” dan “Spiritual” yang sama-sama proses kembali ke diri pribadi. “Ada dua corak karya, yang satunya senyap yang satunya riuh, tetapi intinya keduanya mengarah pada hal yang sama yaitu proses kembali ke diri sendiri. Manusia hidupnya terkungkung didalam ruang dan waktu, dimana dia harus banyak berbuat padahal semuanya itu tidak begitu penting bagi dirinya. Seperti adanya media sosial saat ini, kita harus mengikuti jika tidak ingin dikatakan ketinggalan jaman, padahal dahulu sebelum ada itu, orang dapat hidup tenteram”, ujarnya.

“Sekarang orang hidup di dua dunia, kembali ke masa lalu, hanya versinya saja yang berbeda, kalau dulu orang berpkir metafisik itu karena spiritual, tapi sekarang orang berpikir post-metafisik dalam artian dunia maya tetapi melalui teknologi. Lewat dua karya itu, saya mempertanyakan, sesungguhnya kita hidup sekarang ini mewakili diri sendiri atau mewakili orang lain?”, imbuh Pram, sapaan akrabnya.

Dalam kesempatan itu Maestro Lukis Nasirun melalui Impessa.id, menuturkan kemampuan publik memaknai tajuk Instink yang diangkat dalam pameran tersebut. “Mereka mampu menangkap dan publik saya kira akan menjadi apresian yang tidak berjarak, karena Instink itukan sangat naluriah sekali”, jelasnya.

Ke-15 seniman yang berpameran yakni, Andi Hartana, Budiyono Kampret, Godek Mintorogo, Imam Tohari, Joko Supriyono, Lukman, Mufti Handayani, Ticko Sindikara, Putut Puspito Edi, Reza Pahlevi, N Rinaldy, Rinto, Suro Wae, Sri Pramono dan Susilo Tomo. (ant)