Event

Sastra Bulan Purnama Di Tembi Rumah Budaya, Rabu Malam, 26 Juni 2019, Membaca Puisi Membaca Gunung Api

Sastra Bulan Purnama Di Tembi Rumah Budaya, Rabu Malam, 26 Juni 2019, Membaca Puisi Membaca Gunung Api

Sastra Bulan Purnama Di Tembi Rumah Budaya, Rabu Malam, 26 Juni 2019, Membaca Puisi Membaca Gunung Api

Impessa.id, Yogyakarta : Iman Budhi Santosa, penyair Yogya yang aktif menulis puisi sejak awal 1970 semasa Persada Studi Klub asuhan Umbu Landu Paranggi, hingga kini masih terus menulis puisi, siap tampil membacakan puisi karyanya bersama penyair lain dari berbagai kota di Jawa dan luar Jawa dalam acara Sastra Bulan Purnama edisi 93, Rabu, 26 Juni 2019,  pukul 19.30 WIB di Tembi Rumah Budaya, jalan Parangtritis Km 8,5, Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

Tajuk dari Sastra Bulan Purnama edisi 93 yakni “Membaca Puisi Membaca Gunung Api”, diisi dengan peluncurkan antologi puisi berjudul “Cincin Api”, yang ditulis oleh 34 penyair dari berbagai kota di Indonesia. Daladi Ahmad, penyair dari Magelang, yang sehari-harinya guru SMP di Ngluwar, Magelang, membawakan dua lagu puisi karyanya. Daladi memang sudah sering tampil di Sastra Bulan Purnama.

Penyair dari Riau, Panggung Toktan namanya, menampilkan musikalisasi puisi, dan penampil dari Sumatra Barat menyajikan satu nomor pantomin. Pembaca lainnnya datang dari berbagai kota di Indonesia, Dheni Kurnia, Aris Abeba, Tien Marni (Riau), Syarifuddin Arifin, Moh.Ibrahim Ilyas, Endut Ahadiat, Hermawan (Sumbar), Amrizal (Bengkulu), Anther Panther Olii (Manado), Umi Risa (Jawa Barat), Suharmono (Jawa Timur), Tjahjo Widarmanto (Ngawi), Nia Samsihono (Jakarta) dan Choen Supriyatmi (Yogyakarta) membacakan puisi karya Bambang Widiatmoko. Dua penyair tamu, Jassinsalleh dan AC.Jeffry (Malaysia) ikut tampil membaca puisi.

Iman Budhi Santosa, selaku kurator buku puisi “Cincin Api” mengatakan, “Antologi puisi bertemakan Erupsi dan Mitos Gunung Berapi oleh sejumlah penyair yang berkaitan dengan Gunung Merapi, menjadikan Merapi jadi terkesan memperoleh posisi istimewa.

“Padahal, keistimewaan seperti dimiliki Merapi dimungkinkan juga terdapat pada gunung berapi lain yang masih aktif di Indonesia dalam bentuk yang berbeda. Seperti Gunung Kelud, Semeru, Bromo, Galunggung, Pangrango, Tangkubanprahu, Anak Krakatau, Kerinci, Sinabung, Soputan, Rinjani, Tambora dan lain-lain’, ujar Iman Budhi Santosa

Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama menyebutkan, Sastra Bulan Purnama sepanjang tahun 2019 diisi peluncuran Antologi Puisi, baik antologi tunggal karya seorang penyair maupun antologi puisi bersama. “Selain antologi puisi, juga diluncurkan kumpulan cerpen karya beberapa cerpenis perempuan dari Yogyakarta” ujarnya.

Sastra Bulan Purnama selain menampilkan puisi yang ditulis dalam bahasa Indonesia, juga puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa, yang disebut sebagai Geguritan. “Sastra Bulan Purnama juga membuka kemungkinan puisi yang ditulis dalam bahasa lokal lainnya untuk dibacakan” jelas Ons Untoro.

Tentu saja, selain puisi dan cerpen, Sastra Bulan Purnama terbuka juga meluncurkan karya novel, seperti pada Februari 2019, tiga novel karya Yudhistira Adinugara, Noorca Massardi, dan Ryani Massardi diluncurkan bersama, dalam bentuk dibacakan petikannya, atau diolah menjadi satu pertunjukan drama. Khusus novel karya Rayni Massardi diluncurkan secara surprise, karena penulisnya tidak diberi tahu bahwa novelnya akan diluncurkan bersama, sebab Rayni tahunya novelnya belum selesai. (Ons/Antok)