Rumah Garuda, Rumah Budaya Lambang Negara NKRI, Hadir Di Festival Purbakala 2019 Yogyakarta

Nanang Garuda (berkacamata) pendiri Rumah Garuda, bersama Agus Marwanto, penatah wayang, siap menghadirkan Kyai Gardala, akronim dari Garuda Pancasila, yang akan mengruwat Betara Angkara dalam lakon Wayang Sukma.
Impessa.id, Yogyakarta : Rumah Garuda, Rumah Budaya Lambang Negara NKRI, hadir dalam Festival Purbakala 2019 yang berlangsung di Museum Sonobudoyo Alun-Alun Utara Yogyakarta 14-19 Juni 2019. Kehadiran Rumah Garuda turut mewarnai ragam kegiatan yang digelar, seperti, Sarasehan Kebudayaan, Sastra Purba bersama Iman Budi Santosa, Sitok Srengenge, Mustofa W. Hasyim dan Umi Kulsum.
Kemudian Pameran Purbakala, Pasar Purba, Sekolah Cagar Budaya dengan berkunjung ke Candi Kedulan, Bioskop Keliling, Perform Pantomime bersama Jemek Supardi, Sosialisasi Cagar Budaya dan Aspek Kepurbakalaan, Pemutaran Film, Wayang Pulau bersama Nanang Garuda, Pengukuhan Duta Purbakala oleh GKR Mangkubumi serta penutupan dengan pentas Wayang Kulit semalam suntuk bersama Dhalang Ki Eko Suryo Maharsono pada Rabu malam (19/6/19) mulai pukul 20.00 WIB.
Nanang Garuda, nama populer dari Nanang Rahmat Hidayat kepada Impessa.id membeberkan chemistry Rumah Garuda kreasinya dengan Hari Purbakala Ke-106. “Kita memutuskan membuat benang merah dari era kepurba-an terhadap anak-anak milenial yang seolah-olah terputus, yang milenial mengejek kita orang purba, kuno, generasi dinosaurus, tetapi jangan lupa leluhur kita punya kearifan lokal, punya cara pandang, bergaul dengan alam semesta itu luar biasa, harmoni, tidak eksploitasi tetapi sangat peduli terhadap pelestarian, tentu dengan teknologi. Seolah itu ketinggalan lalu membuat teknologi yang seolah-olah mempermudah, mempercepat, namun berdampak pada kehidupan, pada pelestarian alam dan pada kehidupan sosial masyarakat,” ungkapnya.
“Saya mencoba dengan Rumah Garuda ini, kebetulan kog sama dengan temanya Hari Purbakala 2019 yaitu Historical Festival – Purba Mileniakala, Membaca Masa Lalu – Malakoni Masa Kini – Menata Masa Depan. Rumah Garuda, berpikir, berekspresi, berdasarkan riset tentang Garuda, maka yang dilakukan adalah mencari Telur Garuda, Telur dalam arti History sudah selesai, karena akhirnya tokoh-tokoh inilah yang harus di ingat dan dikenang, ditelusuri filosofinya kenapa Garuda menjadi pilihan mereka. Para tokoh tersebut yakni, Sultan HB IX, Sukarno (Bung Karno), Sultan Hamid II (yang bertugas menentukan lambang negara), Profesor Muhammad Yamin, Ki Hajar Dewantara, Raden Mas Ngabehi Purbo Caraka dan Muhammad Nasir. Dari beliau-beliau itulah kemudian muncul Lambang Negara Garuda Pancasila,” imbuh Nanang Garuda.
Lebih lanjut Nanang menjelaskan bahwa tokoh-tokoh tersebut juga me-riset kepurbaan dari situs-situs kuno, kitab-kitab kuno, sehingga muncul sosok Garuda. Dipastikan, dimantapkan bahwa Garuda itu layak untuk Lambang Negara Indonesia. Pada waktu itu Bung Karno mengusulkan Pancasila harus muncul dalam Lambang Negara, maka Perisai ditambahkan sebagai Lambang dari Pancasila itu.
“Dari situ saya tarik benang merahnya, mencari Telur Garuda untuk masa depan. Telur-telur ini menetas sempurna sebagai Garuda, menetasnya Tikus, Kadal, Babi, sebagai Punokewan antagonis menjadi pengikut dari Betara Angkara yang punya anak buah Patih Durjana, Patih Prahara, Dewi Nestapa dll. Itu semua binatang yang dimetafor-kan sebagai sesuatu yang negatif. Dari Beo, Bunglon, Gurita, Tikus, Buaya, Kambing, Rayap, Tikus Warok, Babi (inget rekening gendut). Hewan-hewan metafor ini dalam kisah Wayang Pulau selalu membuat masalah. Wayang Pulau menggambarkan pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Papua,” jelas Nanang lebih lanjut.
“Lambang Negara yang mungkin sudah dianggap jadul, saya sosialisasi lagi menjadi kostum Super Hero Gardala yang kerap dikenakan oleh Tejo Badut yang meski tampak tua namun saat memakai kostum Gardala sangat lincah. Secara ikonik figur, terlihat tahapan mulai dari Purba, Kendaraan Wisnu, Mitologi, hingga menjadi Super Hero. Dalam pewayangan, saya transformasikan menjadi Kyai Gardala, akronim dari Garuda Pancasila, yang kelak akan mengruwat Betara Angkara. Ini yang saya kembangkan menjadi media untuk Kedaulatan NKRI melalui wayang kontemporer kepada generasi kedepan. Bisa menjadi film animasi, bisa menjadi pertunjukan langsung seperti yang sudah dipentaskan di banyak tempat di Yogyakarta dan pernah pentas di Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Klaten,” ujar Nanang Garuda kepada Impessa.id.
Wayang Pulau kreasi Nanang Garuda dijadwalkan tampil di Festival Purbakala 2019 pada Selasa malam (18/6/19) mulai pukul 21.00 WIB di Museum Sonobudoyo Alun-Alun Utara Yogyakarta. Pasca Pemilu Nanang berkreasi memunculkan karakter baru bernama “Rumah Ibadah”, wayang-wayangnya digarap sepenuhnya oleh Agus Marwanto, penatah wayang dari Pucung-Wukirsari, yang baru saja menyelesaikan Gunungan Sumbu Imajiner, Gunung Merapi-Tugu Pal Putih-Kraton Yogyakarta-Panggung Krapyak-Pantai Selatan, yang kelak diangkat dalam lakon Wayang Sukma.
Rumah Garuda yang berdiri sejak tahun 2011, tepatnya pada tanggal 17 Agustus, sejauh ini, sampai kini, diam-diam banyak yang merespon, yang lucunya menurut Nanang, “Pemerintah negara kayaknya lupa dengan Lambang Negara kita ini, tidak begitu antusias terhadap hal penting terkait dengan Lambang Negara nya sendiri, Dinas Kebudayaan yang mengirimkan tenaga edukasi untuk ikut menjaga Museum Rumah Garuda dalam target waktu tertentu, tapi menurut saya ini bukan tugas-tugas kebudayaan tapi ini tugas negara,” keluhnya.
Ternyata yang membuat dirinya senang, tiba-tiba ada WA (WhatsApp), juga lewat Facebook, dari orang-orang yang tak kenal, ingin membuat Rumah Garuda di daerahnya masing-masing. Jadi kini sudah ada Rumah Garuda di Madiun, Bojonegoro, Gresik, Bekasi dan di Bantul, untuk Bandung dan Purwokerto sedang mempersiapkan diri memunculkan Rumah Garuda, mereka menampilkan koleksi Garuda khas daerahnya masing-masing.
Menurut Nanang Garuda, syarat mendirikan Rumah Garuda sebagai Rumah Budaya, sangat sederhana yaitu ada panel yang menceritakan kronologis perancangan Lambang Negara, kemudian dilengkapi dengan aikon-aikon dan koleksi yang terkait dengan Garuda, semisal Rumah Garuda Madiun menampilkan Brem berbentuk Garuda, kemudian yang Rumah Garuda Bojonegoro menampilkan Krupuk Garuda. “Alhamdulillah Rumah Garuda direspon temen-temen di dunia maya, itulah keunikan Indonesia,” pungkasnya. (Antok Wesman)