Feature

Festival Purbakala 2019 Di Museum Sonobudoyo Yogyakarta Penuh Spot Untuk Selfy

Festival Purbakala 2019 Di Museum Sonobudoyo Yogyakarta Penuh Spot Untuk Selfy

Festival Purbakala 2019 Di Museum Sonobudoyo Yogyakarta Penuh Spot Untuk Selfy

Impessa.id, Yogyakarta : Sebagai “Kota Budaya”, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki ribuan benda kuno, baik yang berupa bangunan ataupun berupa naskah kuno yang ditulis oleh para Pujangga dan menjadi rujukan pada masanya. DIY dengan kekayaan warisan budaya dan sejarahnya turut menjadi saksi bagaimana sebuah peradaban terlahir dan tumbuh berkembang mengiringi eksistensi Nusantara. Sehingga tak bisa dipungkiri kekayaan dari era purbakala tersebut mampu menarik perhatian arkeolog asing, diantaranya, pada tahun 1778, delegasi Belanda berkunjung ke Kraton Yogyakarta dan mengunjungi berbagai situs sejarah serta reruntuhan Candi Prambanan.

Dalam sambutan pembukaan Festival Purbakala 2019 di Museum Sonobudoyo Alun-Alun Utara, Jum’at (14/6/19) yang dibacakan Kepala Dinas Kebudayaan DIY Aris Eko, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menyitir penulis dan produser Kanada Robert Cooper (2017) yang menyebutkan bahwa Studi kepurbakalaan dapat membantu manusia untuk memahami siapa dirinya, menelusuri darimana dirinya berasal, mengidentifikasi bagaimana kehidupan modern saat ini terpengaruh oleh aktivitas dan kepercayaan manusia dimasa lalu dan sekaligus menjadi semacam petunjuk kemana kita semua akan melangkah di masa depan.

Berkaitan dengan tag-line Festival Purbakala 2019 yakni, “Historical Festival – Purba Mileniakala, Membaca Masa Lalu – Malakoni Masa Kini – Menata Masa Depan” menyasar generasi milenial sebagai target pengunjung, Sultan HB X menilai, “Generasi Milenial, yaitu kelompok masyarakat kelahiran tahun 1980-2000, yang akrab dengan media dan teknologi digital, maka Festival Purbakala yang untuk pertamakalinya dihelat ini sebagai bridge, menjembatani generasi milenial dengan sejarah dan budaya lokal,” tutur Sultan HB X.

Sultan HB X berharap lewat ketrampilan para generasi milenial kelak terwujud suatu kemasan digital produk budaya dan sejarah yang mudah diakses dengan sentuhan jari. Gabungan Heroisme-Romantisme-Sejarah-Peradaban dalam sajian yang indah dan fantastik, memadukan unsur-unsur sejarah peradaban dalam kemasan film kolosal yang didukung oleh riset mendalam dengan memanfaatkan teknologi dalam proses produksinya. “Kita berharap kelak muncul film kolosal Roro Jonggrang dan asal-muasal Tombak Kyai Plered, yang dikemas dalam balutan perpaduan etik dan roman,” ungkap Sultan HB X.

Penyelenggaraan Festival Purbakala 2019 untuk memperingati Hari Purbakala, merupakan hal baru meski keberadaan Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY yang dahulu bernama Jawatan Purbakala, sudah berumur 106 tahun. Festival tersebut sebagai wujud sinergi antara BPCB DIY dengan Komunitas Kepurbakalaan dan Museum Sonobudoyo Yogyakarta.

“Selama ini yang peduli dengan benda-benda Purbakala hanya dikalangan BPCB, namun melalui Festival Purbakala yang pertama ini, kami ingin mengenalkan ke publik luas, khususnya kepada generasi milenial, bahwa di era purbakala pun bangsa ini sudah menguasai teknologi, seperti teknik penyusunan batu-batu candi itu sangat rumit, menarik untuk diteliti oleh para pelajar dan mahasiswa,” ujar Zaimul Azzal, Kepala Balai Pelestari Cagar Budaya DIY, ketika dikonfirmasi Impessa.id. disela-sela berlangsungnya festival.

Bak gayung bersambut, dua pemuda yang dihubungi Impessa.id saat ber-selfi-ria di area festival, masing-masing Muhammad Bayu (Aceh) dan Putra Jaya (Bengkulu) keduanya mahasiswa Universitas Islam Negeri –UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sepakat bahwa acara itu mengagumkan. “Buatku ini mengagumkan, apalagi dari sejarah itu sudah ada teknologi dalam membangun candi, itu membanggakan bangsa,” ucap Putra. Sementara Bayu menyanggah jika purbakala itu konotasinya kuno. “Anggapan purbakala identik dengan hal yang kuno, itu salah, coba aja kunjungi langsung ke situs purbakala yang ada, dipastikan tertarik,” tukas Bayu.

Ketua panitia Festival Purbakala 2019 Sigit Sugito kepada Impessa.id mengatakan. “Ini merupakan langkah awal titik penting dan strategis potensi purbakala di DIY untuk terus dikembangkan, disosialisasikan, karena sangat spesifik yang tidak bisa diambil orang lain, contohnya Situs Sokalima, lokasi masyarakat purba yang pertama bermukim di DIY dan Situs Kerto, tempat Sultan Agung I bertahta,” ulas Sigit Sugito. (Antok Wesman)