Pameran Manuskrip Adiluhung dan Simposium Internasional Merayakan 30 Tahun Tahta Sultan HB X
Impessa.id, Yogyakarta : Setelah 207 tahun lamanya menghilang, kini masyarakat luas dapat mengakses sebagian kecil manuskrip yang berhasil dikembalikan ke Keraton Yogyakarta secara digital, dari pemerintah Inggris dan Belanda, melalui Simposium Internasional bertajuk “Budaya Jawa dan Naskah Keraton Yogyakarta” di Grand Ballroom Royal Ambarrukmo Yogyakarta pada 5 dan 6 Maret 2019.
“Perjuangan berat dan melelahkan serta memakan biaya besar yang dilakukan Sultan Hamengku Buwono X, untuk meminta kembali manuskrip-manuskrip karya adiluhung Raja-Raja dan para Pujangga Istana, milik Keraton Kasultanan Yogyakarta, jumlahnya mencapai ratusan bahkan ribuan buku, yang diangkut ke Eropa oleh penjajah Inggris dan Belanda, kini mulai membuahkan hasil, meski hanya sebagian kecil saja,” ungkap GKR Bendara selaku Ketua Panitia Mangayubagya 30 Tahun Bertahtanya Sri Sultan HB X, saat Press Conference di Bale Raos Kraton Yogyakarta, Jum’at (08/02/19).
Dijelaskan, sebanyak 75 manuskrip dalam bentuk digital telah diterima pihak Keraton Yogyakarta, dan 30 manuskrip diantaranya akan digelar dalam Pameran Naskah Keraton Yogyakarta sebagai puncak kegiatan perayaan 30 Tahun Sultan HB X Bertahta, yang berlangsung pada 7 Maret hingga 7 April 2019 di Pagelaran Keraton Yogyakarta, terbuka untuk umum dengan tiket masuk seperti biasa ketika hendak masuk ke Museum Keraton.
“Pameran Manuskrip adiluhung yang bernilai tinggi didalam segala aspek tersebut, untuk mengenalkan kembali nilai-nilai budaya Jawa yang terkandung didalam naskah-naskah lama, termasuk ajaran-ajaran para leluhur, yang hilang dari tengah-tengah pewarisnya selama lebih dari dua abad, karena semua manuskrip catatan sejarah jaman ke-Emasan Raja-Raja Mataram, diusung ke Inggris dan Belanda akibat kekalahan Keraton Yogyakarta dalam perang yang dikenal dengan Geger Sepehi di tahun 1812,” imbuh GKR Bendara.
Ketua Simposium Internasional GKR Hayu menambahkan, “Simposium Internasional yang berlangsung dua hari, Selasa dan Rabu, 5-6 Maret 2019, terbagi kedalam empat topik bahasan, masing-masing, seni Sejarah berjudul Persitiwa Seputar Geger Sepehi Di Keraton Yogyakarta, kemudian Sesi Filologi dengan judul Naskah-Naskah Keraton Setelah Peristiwa Geger Sepehi.Untuk Sesi Pertunjukan dengan judul Pertunjukan Seni dan Naskah Keraton Yogyakarta, dan Sesi Sosial Budaya dengan judul Naskah Keraton dan Ilmu Pengetahuan Sosial-Budaya, jelas GKR Hayu.
Dikatakan, pihak panitia membuka kesempatan luas kepada civitas akademika mengirimkan abstrak karya akademik dalam bidang Sejarah, Filologi, Pertunjukan dan Sosial-Budaya terkait Naskah dan Keraton Yogyakarta, untuk diikutsertakan dalam simposium terbuka itu. Abstrak dalam Bahasa Indonesia ataupun Bahasa Inggris, dapat dikirimkan ke email : tandhayekti@kratonjogja.id, selambatnya tanggal 15 Februari 2019.
Simposium Internasional yang rencananya dibuka secara resmi oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X, menghadirkan pembicara masing-masing, Peter Carey (Sejarawan, Peneliti Budaya Jawa), Annabel Teh Gallop (Kurator, Perwakilan dari British Library), Roger Vetter (Peneliti Gamelan Jawa sejak tahun 1970-an dari Amerika Serikat) serta akademisi dari berbagai Universitas di Tanah Air.
Adapun Mangayubagya Tingalan Jumeneng Dalem berlangsung pada April 2019 diawali dengan Upacara Ngebluk, mmebuat adonan untuk membuat Apem pada 3 April, Upacara Ngapem pada 4 April, Sugengan Tingalan Jumeneng Dalem pada 5 April, Upacara Labuhan ke Pantai Parangkusumo pada 6 April dan Upacara Labuhan ke Gunung Lawu pada 7 April. (Tok)