Pameran Arsip Bagong Kussudiardja Di PSBK Kembaran, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 29 September Hingga 3 November 2018
Direktur Kesenian Restu Gunawan mewakili Mendikbud, secara resmi membuka Pameran Arsip Bagong Kussudiardja Di PSBK Kembaran, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Sabtu malam (29/09/18).
Impessa.id, Yogyakarta: Luar biasa! Demikian kesan secara umum dari pengunjung pembukaan Pameran Arsip Bagong Kussudiardja, Sabtu malam (29/09/18) di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Dusun Kembaran, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, yang berlangsung hingga 3 November 2018.
Salah satu pengunjung yang merasa takjub setelah melihat sendiri Pameran Arsip Bagong Kussudiardja itu adalah tamu undangan, pelukis senior Joko Pekik, yang melalui Impessa.id menyatakan bahwa dirinya tidak bisa mengikuti langkah seperti yang dilakukan oleh Bagong Kussudiardja itu.
“Iya, telaten Pak Bagong, dan itu bukan Pak Bagongnya ya, anak-anak dan keluarganya yang open (red: bhs Jawa atinya teliti) sama arsip-arsip bapaknya. Saya ini susah, karena anak-anak saya tidak mengerti sama sekali dengan arsip-arsip saya. Jadi gimana, anak saya mau junjung dhuwur, mikul dhuwur, mendhem jero, mungkin susah lha angel olehe goleki, arsip-e ora ono, ya di pendhem dhewe (maksudnya, ingin agar keturunannya ikut mengenang melalui arsip, namun terkendala karena tiadanya pemahaman akan pentingnya arsip-arsip proses kreatifnya, karena entah pada kemana, akhirnya terpaksa di angkat sendiri sekenanya),” tuturnya sambil berkelakar.
Senada dengan Joko Pekik, Pematung yang sedang naik daun Yusman, ketika ditemui Impessa.id mengungkapkan rasa kekagumannya terhadap isi dari pameran arsip tersebut. “Saya melihat ini sangat luar biasa! Dugaan saya kalau orang seni itu banyak yang nyeleneh, kadang-kadang membuat karya, dibikin, membuat karya buang sana buang sini, tapi ternyata ada senior kita yang sangat luar biasa, yaitu Maestro Bagong Kussudiardja, arsipnya ini yang sangat luar biasa. Ini perlu kita tiru, perlu kita teladani. Istilahnya saya belum lahir, sejak beliau berkarya, arsipnya itu masih ada, itu jarang sekali, beliau ini sangat luar biasa!” ungkap Pematung Yusman yang sempat terkesima dengan apa yang dilihatnya.
Betapa tidak, arsip proses kreatif seniman Bagong Kussudiardja yang dipamerkan dimulai sejak Tahun 1946, setahun setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan karya-karya terakhirnya di tahun 2002. Bagong Kussudiardja lahir di Yogyakarta pada 9 Oktober 1928, dan wafat di usia 75 tahun, pada 15 Juni 2004.
Pameran Arsip bertajuk “Ruang Waktu Bagong Kussudiardja”, merupakan salah satu bagian dari Perayaan 90 tahun peringatan wafatnya beliau, 60 tahun keberadaan Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja – PLTBK dan 40 tahun keberadaan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja – PSBK.
Agenda yang menyemarakkan perayaan tersebut diawali dengan Pertunjukan Tari bertema “Ngetutke Rasa” dihelat Maret 2018, dilanjutkan dengan Pameran Seni Riupa bertemakan “Sirkuit: Ahli Waris ETape Satu” pada Mei-Juni 2018 dan Pameran Arsip yang diwarnai dengan Gugus Bagong: Gelar Seni dan Forum Temu Akbar Alumni Cantrik-Mentrik Nusantara & ASEAN PSBK pada 18-20 Oktober 2018.
Kurator pameran Soewarno Wisotretomo dalam sambutan pembukaan pameran menjelaskan inti dari sebagian arsip dari ribuan yang tersimpan, yang berhasil diangkat untuk dipaparkan kehadapan publik yakni, menunjukkan posisi Bagong Kussudiardja dalam situasi dilihat dan melihat, dibaca dan membaca, ditulis dan menulis, serta difoto atau direkam dan memfoto atau merekam. “Harapannya melalui pameran arsip ini para pengkaji sejarah, sejarah seni, politik, politik seni atau seni politik, komodifikasi seni, untuk menggunakannya sebagai pijakan awal atau justru menjadi sumber utama penulisan-penulisan kedepannya,” ujar Soewarno Wisotretomo.
Yang tak dapat dipungkiri ialah kiprah Bagong Kussudiardja dalam perjalanan sejarah seni dan budaya Indonesia, beliau mampu menjadi pendidik yang telah menginspirasi ribuan Cantrik-Mentriknya yang tersebar di seantero Nusantara bahkan di kawasan ASEAN, sepanjang periode 1978-2002.
Butet Kartarajasa selaku Ketua Yayasan PSBK didampingi Djaduk Ferianto selaku Tim Kurasi Pameran Arsip dan Jeanny Park selaku Direktur Eksekutif Yayasan PSBK, menyatakan bahwa banyak diantara Cantrik-Mentrik itu yang berhasil menjawab tantangan yang diberikan oleh Bagong Kussudiardja yaitu untuk menjadi Bagong-Bagong Besar!
Diantara nama-nama Cantrik-Mentrik yang siap menyajikan karya mereka, tercatat Yuli Asmaning Rita dari Pasuruan Jawa Timur, Som Said Binte Mohamed Said dari Singapura, Ali Hanafi dari Ternate, Basri Baharuddin dari Makassar, Iwan Irawan Permadi dari Pekanbaru, Maria Magdalena Ngatini dari Yogyakarta, Bimo Wiwohatmo dari Yogyakarta, dan Pedro R. Abraham Jr dari Filipina.
Pameran Arsip dokumen perjalanan hidup berkesenian Maestro Bagong Kussudiardja yang digelar di Galeri Gedung Damarwulan PSBK, Dusun Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, hingga 3 November 2018, dibuka secara resmi oleh Direktur Kesenian Restu Gunawan, mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof Dr. Muhadjir Effendy yang malam itu berhalangan hadir. (Tok)