Feature

KONSER MAESTRO: Mengenang Tiga Tokoh Seni Indonesia Dan SOROT SUMIRAT di Yogyakarta Gamelan Festival ke-30

KONSER MAESTRO: Mengenang Tiga Tokoh Seni Indonesia Dan SOROT SUMIRAT di Yogyakarta Gamelan Festival ke-30

KONSER MAESTRO: Mengenang Tiga Tokoh Seni Indonesia Dan SOROT SUMIRAT di Yogyakarta Gamelan Festival ke-30

Impessa.id, Yogyakarta, 23 Juli 2025: Pada Rabu malam, 23 Juli 2025, di hari ketiga, Yogyakarta Gamelan Festival -YGF 2025 menghadirkan Konser Maestro, pertunjukan istimewa mengenang dan merayakan warisan seni dari tiga tokoh legendaris Indonesia yakni, Sapto Raharjo, Harry Roesli, dan Djaduk Ferianto. Konser Maestro lebih dari sekadar penampilan musik, ruang penghormatan dan refleksi atas dedikasi ketiga tokoh musik Indonesia itu dalam merawat, menghidupkan, dan mentransformasikan gamelan sebagai medium ekspresi yang merdeka, lintas zaman, dan lintas batas.

Sapto Raharjo, sosok pionir dalam eksplorasi gamelan kontemporer, dihadirkan kembali melalui karya-karyanya yang dibawakan oleh Komunitas Gayam 16, kelompok karawitan yang turut ia dirikan dan bina. Dengan semangat eksperimentatif dan akar tradisi yang kuat, penampilan ini menjadi penegasan bahwa warisan beliau terus hidup dalam denyut gamelan hari ini. Komunitas Gayam 16 membawakan 7 karya terbaiknya. Tujuh atau pitu dalam bahasa jawa secara kultural angka ini diasosiasikan dengan pitulungan (pertolongan), pitutur (nasihat), dn pituwas (hasil baik)

Sementara itu, Rumah Musik Harry Roesli mempersembahkan karya-karya sang komponis legendaris yaitu Harry Roesli yang dikenal melalui suara lantangnya dalam kebebasan berekspresi. Penampilan mereka ditutup dengan aksi teatrikal yang menyentuh: sebuah mikrofon kosong yang disinari cahaya, lalu terdengar rekaman suara almarhum menyanyikan lagu “Jangan Menangis Indonesia”. Sebuah simbol kehadiran yang tak lagi fisik, namun tetap menggema dalam ingatan kolektif bangsa.

Karya Djaduk Ferianto kembali bernyawa di panggung lewat penampilan KuaEtnika, kelompok musik yang menjadi rumah sekaligus ruang eksplorasi bagi Djaduk semasa hidupnya. Lebih dari sekadar pertunjukan, ini merupakan penggalian atas musik etnik dengan pendekatan modern. Sebuah cara Djaduk menjawab tantangan zaman: dengan menjembatani akar tradisi dan ekspresi kontemporer tanpa kehilangan kedalaman makna. Komposisi yang dimainkan oleh KuaEtnika merupakan musik yang menggunakan idiom etnis, baik dari nusantara maupun luar nusantara seperti India, Cina, Afrika, dan sebagainya. Salah satu karya yang dibawakan yaitu “Sesaji Nagari” mereinterpretasikan lagu-lagu daerah dari erbagai penjuru Indonesia dalam gaya etno-jazz, blues. dan eksperimental.

“Konser Maestro menjadi pengingat bahwa gamelan bukan sekadar warisan budaya, tetapi juga suara kebebasan, perlawanan, dan kemanusiaan. Melalui karya-karya para maestro, kita belajar bahwa seni tradisi tidak pernah statis, ia tumbuh, berdialog, dan terus menemukan bentuk barunya,” ungkap Ari Wulu, selaku Ketua YGF 2025.

Bersamaan dengan Konser Maestro, di luar Gedung Grha Budaya dilaksanakan salah satu program baru yang dihadirkan yaitu Sorot Sumirat yang merupakan ruang pengkaryaan dan pengekspresian karya video mapping merespon music-musik maestro. Program ini menjadi ruang kolaborasi antara musik dan seni cahaya video mapping.

Musik-musik menjadi ilustrasi dalam pertunjukan video mapping dan ditampilkan pada bidang yang tidak biasa juga. Kerja dan karya video mapping juga dikerjakan oleh kawan-kawan jaringan Gayam16 seperti LZY, ARAFURA, dan Lepaskendali Labs. Sorot Sumirat berlangsung selama tiga hari yaitu 23 sampai 25 Juli 2025. Epson turut mendukung penuh program Sorot Sumirat sebagai Official Projector Partner, menghadirkan teknologi proyeksi visual berkualitas tinggi yang memperkuat pengalaman artistik dalam pertunjukan video mapping yang digelar di berbagai bidang ruang tak biasa

Kongres Gamelan yang mengundang serta melibatkan praktisi, menjadi ruang diskusi, dan berbagi ilmu untuk merawat dan mengembangkan seni gamelan. Ruang ini dibuat dan dibentuk untuk bersama “ngangsu kawruh”, dan menata strategi untuk terus merawat dan mengembangkan seni gamelan di era modernisasi dan perkembangan zaman.

Yogyakarta Gamelan Festival ke-30 dilaksanakan selama satu minggu di Taman Budaya Embung Giwangan Yogyakarta. Gaung Gamelan memulai Yogyakarta Gamelan Festival, dilanjutkan Pasar Cokekan, ruang tematik untuk mewadahi entitas kesenian lain serta UMKM kuliner dan produk kreatif khas Nusantara. Selama sepekan, pengunjung dapat menjelajahi ragam kuliner lokal, kriya, dan hasil karya kreatif dari pelaku usaha Yogyakarta dan sekitarnya.

Bersandingan dengan Pasar Cokekan, Panggung Cokekan menjadi ruang ekspresi terbuka yang bersifat inklusif dan penuh kejutan. Di Panggung Cokekan, masyarakat dapat berpartisipasi langsung dalam berbagai kegiatan seperti pertunjukan musik, pantomim, lomba memasak, workshop interaktif, hingga aksi seni spontan.

Panitia Juga menampilkan karya instalasi yang dibuat dan dimaknai dengan spirit-spirit dari gamelan. Karya instalasi tersebut merupakan karya dari Jompet Kuswidananto yang membuat rangkaian gamelan dari sisa-sisa rel kereta api dan juga karya dari kawan-kawan Departemen Teknik Elektro dan Informatika UGM dan Gayam16.

Ada pula kolaborasi YGF dengan Simak Siar yang menghadirkan anak-anak muda dari berbagai latar belakang musik. Mengusung semangat lintas genre, program ini bertujuan memperluas publikasi dan mendekatkan generasi muda pada gamelan melalui dialog kreatif dan pertunjukan yang segar.

Sebagai puncak acara Yogyakarta Gamelan ke-30 menghadirkan Konser Gamelan yang menjadi wadah pertemuan antara para pelaku, pecinta, dan penikmat gamelan dari berbagai penjuru dunia. Melalui konser ini, tradisi dan inovasi dalam dunia gamelan saling bersilangan, menciptakan ruang apresiasi, kolaborasi, dan dialog budaya yang hidup. Para peserta lokakarya juga tampil di Konser Gamelan manampilkan hasil pembelajaran selama 3 hari. Tahun ini selain dari Indonesia, juga tampil seniman gamelan dari Cina dan Kanada. (Feature of Impessa.id by Riza Aulia-Ika Dina-Antok Wesman)