Feature

Duet Ledek Sukadi-Sumadi Etnikjawa, Gelar Pameran GEMATI, Di Pendhapa Art Space Jogja, 14 Juni Hingga 14 Juli 2025

Duet Ledek Sukadi-Sumadi Etnikjawa, Gelar Pameran GEMATI, Di Pendhapa Art Space Jogja, 14 Juni Hingga 14 Juli 2025

Duet Ledek Sukadi-Sumadi Etnikjawa, Gelar Pameran GEMATI, Di Pendhapa Art Space Jogja, 14 Juni Hingga 14 Juli 2025

Impessa.id, Yogyakarta: Dalam pameran bertajuk “GEMATI” di Pendhapa Art Space Yogyakarta, 14 Juni hingga 14 Juli 2025, Sumadi Etnikjawa, menampilkan 45 karya dekoratif yang terbagi kedalam tiga macam obyek yakni, topeng, ikan dan manusia, dengan dominasi warna coklat yang telah ditekuni sejak lama dalam berprosesnya.

Ketika Impessa.id menanyakan perihal julukan Etnikjawa dibelakang nama Sumadi, berawal ketika dirinya menggelar pameran tunggal di Hotel Mahakam Jakarta di tahun 1998 bertajuk Etnik Jawa, dan ada kolektor asal Perancis Bernama Hubert Fornier, yang mengapresiasi karyanya, yang kemudian memanggil Sumadi dengan julukan Sumadi Etnikjawa, yang dipakainya hingga sekarang.

“Warna coklat menjadi warna dasar pada proses pewarnaan kain batik khas Jawa yang memakai warna alam dari pohon Soga, sehingga disebut warna Sogan dan warna cokelat bagi budaya Jawa menandakan ketenangan, kestabilan dan kehangatan,” ujarnya kepada Impessa.id.

“Saya memulai berkarya dengan dominasi warna coklat sejak 1996, sebelumnya karya saya full color, saya ingin warna coklat menjadi ikonik karya saya dan ternyata mulai dikenali banyak seniman jika melihat karya saya dan langsung mengenalinya,” imbuh Sumadi Etnikjawa.

Sementara itu, Ledek Sukadi yang menampilkan 27 karya lukisannya ketika ditemui Impessa.id mengatakan kedepannya dirinya tetap meneruskan tema “Gemati” menjadi pameran series duet bareng adiknya, Sumadi Etnikjawa.

“Melalui Gemati, saya ingin menyampaikan terimakasih kepada orang-orang yang telah banyak membantu saya sejak awal kebangkitan saya berkarya hingga sekarang, serta lingkungan disekitar yang juga memberi inspirasi bagi kehidupan saya, guru-guru saya, orang-orang terdekat saya, bahwa Gemati itu sebagai ungkapan hati saya, Gem itu gegem, Ati itu hati,  jadi Gegem Ati atau merengkuh hati, itu lebih baik, karena bermain rasa, saling menghormati, saling kasih-sayang, dan saling mencintai,” ungkap Ledek Sukadi.

Dalam kesempatan itu, Dunadi, seniman pematung nasional, memberi apresiasi tinggi akan dedikasi kedua seniman yang berpameran, Ledek Sukadi dan Sumadi Etnikjawa, sebagai generasi penerus seniman senior almarhum Godod Suteja yang telah membimbing mereka berdua hingga mampu mandiri seperti sekarang ini.

“Saya senang karena kedua seniman itu adalah adik kelas saya ketika di SMSR dulu, dan kemudian menggelar karya-karyanya di Pendhapa Art Space, untuk lebih luas lagi diapresiasi oleh masyarakat, sehingga semakin mewarnai dinamika dunia seni rupa dari Yogyakarta,” ujar Dunadi.

Dalam pengnantar pameran “Gemati” penulis Alex Luthfi R menyebutkan bahwa Gemati diangkat sebagai tema utama yang menggambarkan sifat penuh kasih sayang, kepedulian, dan perhatian terhadap sesama.

“Orang yang gemati adalah mereka yang memiliki hati tulus, yang mencintai dan peduli bukan hanya kepada keluarga atau orang terdekat, tapi juga kepada lingkungan dan kehidupan di sekitarnya. Sifat ini mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk memelihara, melindungi, dan memberi tanpa mengharapkan balasan,” jelasnya.

Dikatakan, Gemati bukan sekadar sikap, tetapi juga sebuah panggilan batin, suatu kepekaan rasa untuk melihat dan merasakan penderitaan orang lain, lalu mengulurkan tangan tanpa pamrih. Di tengah dunia yang semakin individualistis, tema ini mengajak kita untuk kembali pada nilai-nilai kemanusiaan, empati, dan cinta kasih.

Pameran “Gemati” menghadirkan karya-karya yang lahir dari kedalaman hati para Seniman yang mencoba menerjemahkan makna gemati melalui bentuk, warna, simbol, dan narasi visual. Setiap karya menjadi refleksi dari rasa cinta, kepedulian, dan pengorbanan, yang mengajak penonton untuk ikut merasakan dan merenungkan.

“Suatu ajakan untuk merawat hubungan antarmanusia, menjaga keseimbangan batin, dan menyebarkan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari. Karena dari hati yang hidup dan peduli, lahir dunia yang lebih manusiawi,” imbuh Alex Luthfi. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)