Pergelaran Musikalisasi Sastra 2018 Di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, Gratis!
Impessa.id, Jogja : Taman Budaya Yogyakarta bekerjasama dengan Studio Pertunjukan Sastra, menyelenggarakan Pergelaran Musikalisasi Sastra, pada Sabtu dan Minggu, 1 dan 2 September 2018 pukul 19.30-22.00 WIB di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, menghadirkan enam penampil beragam warna sajian pertunjukan, masing-masing, Omah Gamelan Anon Suneko, Mengayun Kayu, Rupagangga, Kopibasi, Serat Djiwa, dan Mila Rosinta Art Dance.
Pergelaran Musikalisasi Sastra hari pertama, Sabtu, 1 September 2018, menyajikan tiga penampil, yakni, Omah Gamelan Anon Suneko dengan gending-gending “Kuwi Apa Kuwi” dan “Cakrawala” karya Ki Tjakrawasita dan “Bang-Bang Wis Rahina” karya Ki Hadi Sukatno, serta tembang gurit dari “Loro Blonyo” karya Djaimin K. Dilanjutkan penampilan Mengayun Kayu dengan nyanyian puisi karya Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo yang terdiri dari puisi “Nina Bobok”, “Masihkah Pagi Itu”, dan “Persahabatan”.
Penutup sajian malam pertama, Rupagangga menghadirkan orkestra eksperimental musik berkolaborasi dengan Ni Putu Pradnya Krishna Sari dan Hamdy Salad yang membacakan puisi “Angin Pagi” karya Kirjomulyo, “Meditasi Debu” karya Hamdy Salad, “Kenduri Minta Hujan” karya Hari Leo AER, dan puisi “Berburu Ayat-Ayat Suci” karya Danarto.
Pergelaran Musikalisasi Sastra hari kedua, Minggu, 2 September 2018 menyajikan tiga penampil, yakni Grup musik Kopibasi dengan Musik Puisi Populer bertajuk “Surat dari Tugu”. Grup ini menggarap puisi “Surat Kopi” karya Joko Pinurbo, “Di Tugu” karya Omi Intan Naomi, “Sebuah Radio, Kumatikan” karya Dorothea Rosa Herliany, dan “Tontonan yang Melelahkan” karya Hasta Indriyana.
Warna yang berbeda diperlihatkan oleh sekelompok pencinta Musik Etnik yang tergabung dalam Serat Djiwa. Hadir dengan puisi-puisi karya Kuntowijoyo, yakni “Nama-Nama”, “Kelahiran”, “Perkawinan”, “Perjalanan ke Langit”, dan “Sesudah Perjalanan”, Serat Djiwa menggubah teks puisi menjadi ekspresi bunyi instrumen musik atau menjadikan puisi menjadi musik yang sering disebut sebagai Musikalisasi Puisi. Sebagai puncak, Mila Rosinta Art Dance hadir membawakan novel Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma dalam pertunjukan gerak tari.
“Taman Budaya Yogyakarta menghelat Pergelaran Musikalisasi Sastra menampilkan tafsir-tafsir musikal yang bersumber dari karya sastra. Penampilan dan pertunjukan sastra layak diapresiasi karena menggambarkan luasnya penafsiran musikal atas karya sastra para sastrawan Yogyakarta. Ada silaturahmi karya yang mewujud lewat Pergelaran Musikalisasi Sastra. Ini sungguh membahagiakan melihat teman-teman yang menampilkan karya musikalisasi sastra ini termasuk generasi muda yang masih penuh energi kreatif dan masih punya harapan besar untuk terus maju, berkembang melampaui generasi sebelumnya,” ujar Mustofa W. Hasyim selaku narasumber dari Studio Pertunjukan Sastra.
Mustofa W. Hasyim menambahkan, “Abad demi abad telah berlari kata Afrizal Malna. Abad 21 keadaannya berbeda, generasinya berbeda, pilihan-pilihan tafsir musikal dan teatrikal menghadapi teks sastra pun berbeda, dan semua itu mengalir, bertumpu pada kreativitas yang tidak instan tetapi intens dipayungi oleh cakrawala kemungkinan estetik yang nyaris tidak terhingga. Pergelaran Musikalisasi Sastra 2018, untuk merayakan kreativitas dalam menafsirkan karya sastra dan merayakan terpeliharanya cakrawala kemungkinan estetika ketika menggali dan menggarap nilai-nilai yang tersembunyi di dalam karya sastra menjadi karya pertunjukan sastra.”
Dra. Y. Eni Lestari Rahayu selaku Kepala Taman Budaya Yogyakarta mengutarakan hal yang senada, “Sejak tahun 2013, Taman Budaya Yogyakarta menghelat Pergelaran Musikalisasi Sastra. Tentu selama enam tahun telah banyak ikhtiar atau upaya kreatif teman-teman seniman dan sastrawan yang dilakukan dengan penuh semangat untuk menghasilkan dan menyajikan karya pertunjukan sastra yang terbaik. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas prestasi yang telah dimunculkan selama enam kali Pergelaran Musikalisasi Sastra ini. Itu semua menjadi kekayaan seni budaya yang sangat bernilai bagi Taman Budaya Yogyakarta dan bagi Yogyakarta pada umumnya.”
“Semoga sajian Pergelaran Musikalisasi Sastra ini memberi makna dan berarti bagi pembinaan dan pengembangan pertunjukan sastra di Yogyakarta. Anak Muda Yogyakarta ini memang berupaya menerobos berbagai keterbatasan gagasan dan capaian estetik yang sering menghantui para seniman dan sastrawan muda. Kami sangat mengapresiasi dan memberi perhatian terhadap karya yang mengandung terobosan seperti yang disajikan ini. Di tahun-tahun mendatang, kami terus menunggu hadirnya karya-karya seni pertunjukan sastra yang semakin berkualitas dan semakin bermakna bagi kemajuan seni pertunjukan sastra dan seni budaya di Yogyakarta,” pungkas Y. Eni Lestari Rahayu. (Tok)