Feature

Pameran Manifestasi Di Pendhapa Art Space Yogyakarta, Sajikan Karya Seni Imajinatif

Pameran Manifestasi Di Pendhapa Art Space Yogyakarta, Sajikan Karya Seni Imajinatif

Pameran Manifestasi Di Pendhapa Art Space Yogyakarta, Sajikan Karya Seni Imajinatif

Impessa.id, Yogyakarta: Dalam pameran seni rupa oleh Komunitas Perempuan Lintas Batas bertajuk “Manifestasi” di Pendhapa Art Space Yogyakarta, Dwi Rahayuningsih, menampilkan karya instalasi berjudul “Imaji Sederhana, Asal Mula Semesta”. Kepada Impessa.id, Dwi menuturkan maksud dari karya instalasinya itu. “Naluri kita untuk mencari asal-usul kita, sewaktu kecil saya sering melihat langit, disitu saya memandangi lama, disitu saya mengagumi bintang-bintang, bulan dan langit malam, dan disitu selalu menyisakan tanda tanya yang besar. Bagaimana kehidupan diluar sana dan semua orang pasti memikliki imajinasinya sendiri tentang langit malam, tentang asal mula semesta,” ujar Dwi.

Dalam karya instalasinya berupa bola-bola berwarna kemerahan dan sebagiannya gelap, menggambarkan planet-planet dan sebuah teleskop bintang yang menurutnya dia gunakan untuk membidik semesta.angkasa raya disaat malam hari. Pada salah satu sisi pagar berbentuk bujur sangkar ada sebagian sisi yang terputus dan isinya berupa serpihan-serpihan berhamburan keluar dari kotak.

“Ini saya ibaratkan bahwa alam semesta itu terus menerus tumbuh dan berkembang setiap detik. Setiap detik lahir milyaran bintang dan setiap detik pula ada bintang-bintang yang mati, jadi ada kesinambungan, memperbaharui, mati dan diperbaharui setiap saat, seperti makhluk hidup,” ungkapnya. Baginya tabir yang tidak terlihat itu selalu menarik.

Kemudian perupa asal Menanggal Utara Surabaya, Murniati, yang tetap setia mengikuti pameran Manifestasi sejak awal, sehingga dirinya sudah yang ke-5 kalinya di tahun ini, dan kali ini menampilkan lukisan berjudul “Tanpa Batas Waktu”, sesuatu yang tanpa batas termasuk komposisi warna yang tidak melulu apel itu merah, dengan maksud untuk mengairahkan seniman agar berkreasi tanpa batas.

Karya lukis “Tanpa Batas Waktu” tersebut dengan visual seikat bunga berwarna cerah didalam sebuah vas diatas meja didekat jendela yang terbuka, dan terkena terpaan sinar mentari pagi. Harapannya kepada pecinta seni, nikmatilah suatu keindahan itu apa adanya, karena kita selalu mempunyai mimpi yang indah, dan melalui karya ini saya ingin selalu ceria, di hari tua saya selalu smart. "Semakin kita sering mengikuti pameran semakin sering kita belajar mengingat banyak terjadi perubahan-perybahan di dunia seni, terlebih semakin baiknya kemajuan teknologi masa kini yang membuat persainagn menjadi meningkat," imbuhnya..

Sedangkan perupa Endang Waliati dari Sidoarjo, Jawa Timur, menampilkan karya kolase kain perca aneka motif batik lawasan dalam dua sisi yang berbeda berjudul “Lelaku”. Disatu sisi karyanya kolase kain perca beragam motif batik lawasan dengan warna monokrom seolah menggambarkan hal yang penuh kesyahdu-an dan seakan kesedihan nan mencekam, sedang di sisi satunya lagi Endang menampilkan kolase kain perca motif batik beraneka warna cerah yang menurutnya menggambarkan sesuatu yang penuh keceria-an, kegembiraan.

“Saya menceritakan riwayat leluhur kaum proletar, rakyat jelata, yang begitu sederhana kondisi perekonomian-nya, tak jarang serba kesusahan hidupnya, namun tak lelah berjuang dalam mengarungi nafas kehidupan. Apa yang dikehendaki leluhur agar generasi sekarang meneladani mereka dipastikan sudah tidak relevan lagi bagi kebanyakan anak muda sekarang yang serba dimudahkan,” tutur Endang kepada Impessa.id.

Ada yang menarik didalam kolase kain perca batik lawasan itu, tergambar se-ekor kupu-kupu dengan satu sayap. Bagi Endang itu punya makna tersendiri. “Ingat petuah tetua, golek pangan kok adoh-adoh, mbok uwis ning omah wae, neruske mbatik, mencari nafkah mengapa harus pergi jauh, sudahlah di rumah saja meneruskan bikin batik,” ungkapnya kepada Impessa.id. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)