Feature

Ki Rais Rayan, 90 tahun, Perupa Senior, Hadiri Pameran Garisuka, di Omah Cepit Bantul, Yogyakarta

Ki Rais Rayan, 90 tahun, Perupa Senior, Hadiri Pameran Garisuka, di Omah Cepit Bantul, Yogyakarta

Ki Rais Rayan, 90 tahun, Perupa Senior, dengan karya lukisannya "Potret Diri", Oil on Canvas, 60x50 cm, 1991, Hadiri Pameran Garisuka, di Omah Cepit Bantul, Yogyakarta, Jum'at (3/6/2022)

Impessa.id, Yogyakarta: Secara kebetulan, dalam kesempatan yang jarang terjadi, penulis bertemu langsung dengan Ki Rais Rayan didampingi isteri Sri Muryaningsih, di venue pameran Omah Cepit - Bantul, pada Jum’at sore, 3 Juni 2022, ternyata Ki Rais Rayan masih tajam ingatannya, dan kepada Impessa.id beliau yang kini berusia 90 tahun menuturkan proses kreatif tatkala melukis “Potret Diri” tersebut di tahun 1991.

“Lukisan saya Oil on Canvas berukuran 60x50 cm itu sebagai kisah ketika saya masih merokok dan punya hubungan akrab dengan pengusaha rokok di Kediri sampai pengusaha itu minta tolong agar dikenalkan dengan Bupati Kediri saat itu, tapi akibat dari kegemaran saya merokok mata kiri saya kena gangguan yang kata dokter sudah tertutup nikotin, padahal sebagai pelukis, mata bagi saya itu sangat penting, dan advis dokter agar saya menghentikan merokok karena mata kanan masih sehat sehingga masih dapat berkarya,” ungkap beliau.

Ki Rais Rayan sebagai guru dari anggota FDI -Forum Drawing Indonesia, yang tetap sehat di usia 90 tahun, mengungkapkan kiat agar sehat yaitu setiap bangun pagi, tarik nafas dalam-dalam, hirup hawa segar di pagi hari, sambil menggerak-gerakkan jari-jemari, supaya saraf tetap aktif dan aliran darah tetap lancar.

Kepada Impessa.id, Dyan Anggraini, putri Ki Rais Rayan mensyukuri dalam perjalanan panjang ayahndanya selama ini masih tetap bisa berkarya, dan menginspirasi perupa muda yang tergabung didalam Drawing Koloni, yang berupaya dapat menghadirkan beliau ditengah-tengah pameran merayakan Bulan Menggambar Nasional 2022. “Alhamdulillah, beliau tetap sehat dan dapat menghadiri undangan secara langsung, bertemu langsung dengan murid-muridnya, sekaligus masih bisa memajang karya lukisannya berdampingan dengan karya perupa muda di Omah Cepit, Bantul, Yogyakarta,” tutur Dyan Anggraini.

Sementara itu Alim Bakhtiar mewakili teman-temannya dari FDI – Forum Drawing Indonesia, mengatakan bahwa pihaknya dalam pameran perdana Drawing Koloni setelah pandemi ini, ingin meneruskan hubungan dengan guru-guru mereka, walhasil Guru Kehormatan yakni Ki Rais Rayan bisa datang. “Kami senang sekali didatangi Ki Rais Rayan, selaku pendamping didalam proses berkesenian kami, menginspirasi kami dan ada kedekatan secara emosional, sehingga hubungan diantara kami masih tetap terjalin, silaturahmi antar generasi masih tetap berlangsung baik,” aku Alim Bakhtiar kepada Impessa.id.

Jajang R Kawentar, penulis kuratorial pameran seni rupa oleh Drawing Koloni bertajuk “Garisuka” Vokal dan Vokalis, bertempat di Sayap Ruang Rupa Omah Cepit-Bantul, Yogyakarta, yang berlangsung pada 31 Mei hingga 14 Juni 2022, menuturkan bahwa Drawing Koloni merupakan komunitas perupa mantan aktivis reformasi 98 yang pernah ikut  turun ke jalan mengkampanyekan penggulingan rejim penguasa pada waktu itu, sampai saat ini masih aktif berkarya dan tetap eksis.

“Mereka bermula aktif di Sanggar Suwung, Sanggar Bidar Sriwijaya, Taring Padi dan beberapa diantaranya tergabung dalam group band hardrock, meski disibukkan dengan urusan keluarga dan pekerjaan masing-masing,” ujar Jajang.

Tema pameran “Garisuka” dimaksudkan menggaris sesukahati, merujuk pada segala yang sedang digandrungi atau disukai senimannya, baik yang berkaitan dengan pekerjaan, minat, atau mengkritisi orang lain, mengkritisi kebijakan pemerintah atau mengkritisi diri sendiri. Menjadi aktivis harus memiliki vokal yang kuat, vokal dalam menyuarakan kepentingan umum, namun lebih vokal menyuarakan isi pikirannya dan isi perasaannya.

Momentum Hari Menggambar Nasional dan Mei Bulan Menggambar Nasional, mereka rayakan lewat pameran itu, yang telah menggugah rasa nasionalisme dan jiwa patriotisme anggota Drawing Koloni yang kemudian bangkit menyadari bahwa menggambar merupakan dasar Pendidikan yang mencerdaskan, berani dan kreatif, serta membentuk karakter generasi penerus bangsa.

Terdapat sebelas anggota Drawing Koloni yang berpartisipasi plus satu guru kehormatan, masing-masing, Alim Bakhtiar, Arya Panjalu, Budi Bodhonk, Budi Santoso, Dadang Imawan, Dhadang SB, Edo Pop, Mayek Prayitno, Oik Wasfuk, Pandu Mahendra, Wildan Afianto dan Ki Rais Rayan (usia hampir 90 tahun) sebagai guru kehormatan yang juga mantan aktivis, yang mana  pada tahun 1950 mendirikan Pelukis Indonesia Muda -PIM, dan tahun 1985 mendirikan Komite Seni Rupa Indonesia -KSRI, karya beliau pun diikutkan dalam pameran di Omah Cepit tersebut.

Jajang R Kawentar menambahkan, para perupa anggota Drawing Koloni tetap vokal menyuarakan isi pikirannya, berkarya berjuang merealisasikan kata-kata dan vokal menyuarakan isi hatinya, makan-makan sendiri, mencuci-cuci sendiri, bayar listrikpun sendiri. Yang menarik diantara anggota komunitas itu, betul-betul vokalis band yang dapat menyuarakan kelompok musik yang diampunya. (Features of Impessa.id by Jajang R Kawentar-Antok Wesman)