Feature

Jogja Museum Expo -JME 2021

Jogja Museum Expo -JME 2021

Jogja Museum Expo -JME 2021

Pameran museum, museum performance, karnaval virtual, webinar internasional

Impessa.id, Yogyakarta: Menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia -HUT ke-76 RI, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menghelat Pameran Museum dengan kegiatan Jogja Museum Expo -JME, sekaligus memeriahkan 50 tahun berdirinya Badan Musyawarah Musea -Barahmus DIY.

Barahmus (Badan Musyawarah Musea) Daerah Istimewa Yogyakarta adalah organisasi sosial nirlaba yang bergerak di bidang permuseuman.  Organisasi ini mulai digagas dan dirintis dalam suatu pertemuan yang bertempat di Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa Yogyakarta, pada tanggal 7 Agustus 1971. Hingga saat ini Barahmus DIY telah menjadi wadah bagi 38 museum di Jogja.

(Museum Affandi)

(Museum Pura Pakualaman)

Kegiatan Jogja Museum Expo -JME berlangsung pada 12 hingga 16 Agustus 2021. Pandemi Covid-19 yang belum berakhir membuat perhelatan digelar secara virtual melalui www.gregrahmuseum.jogjaprov.go.id  serta www.jogjamuseumexpo.com.

JME yang diikuti 38 museum DIY terdapat pameran museum secara virtual yang bertajuk “Phalacitta, Inspirasi di Balik Koleksi”. Sesuai dengan judulnya, pameran museum mengajak masyarakat untuk mengetahui alasan, mempelajari keberadaan objek-objek yang menjadi koleksi museum, serta dapat terinspirasi dari balik nilai arti koleksi.

(Museum Keraton Yogyakarta)

(Museum Beteng Vredeburg)

Dengan lebih mendalami mengetahui inspirasi dibalik koleksi-koleksi tersebut harapannya akan menambah semangat baru dalam menjalani pola kehidupan ditatanan baru yang sedang kita hadapi yakni pandemi Covid-19.

Pameran temporer menampilkan empat sub tema, yakni tokoh, lingkungan, objek, dan peristiwa, bertujuan memberikan pertanyaan reflektif mengenai peran museum saat ini dan pada masa mendatang. Koleksi–koleksi yang dipamerkan ditata sedemikian rupa, dengan layout yang memberikan pengalaman ruang khusus, agar pengunjung memiliki pengalaman unik.

(Museum Monumen Jogja Kembali)

(Museum Gumuk Pasir)

Objek yang ditampilkan dalam pameran dipilih dari ratusan ribu objek koleksi museum-museum di DIY. Pameran ini pun sarat dengan nilai inspiratif, seperti, ketekunan, kerja keras, pantang menyerah, kreatif, dan perilaku adil, yang bisa dilihat dari objek-objek yang dipamerkan,

Salah satu yang ditampilkan secara virtual koleksi dari pameran museum ini adalah jemparing (anak panah) dan gandewa (busur) peninggalan pasukan Pangeran Diponegoro yang merupakan koleksi museum Monumen Pangeran Diponegoro Sasana Wiratama. Bukan sekadar senjata, namun benda itu memiliki nilai inspiratif yang bisa diketahui pengunjung ketika bertandang ke JME.

(Museum Perjuangan Jogjakarta)

(Museum Gunung Api Merapi)

Di Keraton Yogyakarta, pasukan pemanah diberi nama Bregada Nyutra, merupakan pasukan elite kerajaan yang bertugas sebagai pengawal Sultan. Pangeran Diponegoro merupakan salah seorang bangsawan yang menaruh perhatian tinggi terhadap Jemparingan. Bahkan, Diponegoro menciptakan tembang macapat Adab Ing Njemparing yang berisi tuntunan adab seorang pemanah. Menurut tembang tersebut, seorang pemanah harus mempunyai sifat welas asih, mengalah, tetapi pemberani. Kini, jemparing tidak lagi digunakan baik sebagai sarana berperang maupun berburu, melainkan juga olahraga yang dikenal dengan sebutan Jemparingan Mataram. Alat maupun tata cara penggunaannya tidak pernah berubah sejak zaman dahulu dan menjadi warisan budaya yang mempunyai nilai penting untuk membentuk karakter kesatria.

(Museum Negeri Sonobudoyo)

Menurut Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Sejarah Bahasa Sastra dan Permuseuman, Tri Agus Nugroho, S.Sos, M.Sc., Kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan Pendanaan dari Dana Keistimewaan DIY tahun 2021 ingin mendorong, objek dikoleksi karena memiliki makna terkait sejarah, seperti, peristiwa, tokoh, menjadi simbol komunitas, pernah digunakan untuk menyelesaikan masalah tertentu, atau bahkan akibat dari suatu kondisi tertentu.

“Pameran ini mengungkap salah satu sisi dari Sebagian objek tersebut, mengapa terdapat objek semacam itu, serta apa yang dapat dipelajari atau dikembangkan dengan mengetahui karakteristik objek, lingkungan ketika objek itu dibuat, tokoh dibaliknya serta peristiwa yang melekat didalamnya,” ujar Tri Agus.

(Museum Sasmitaloka Jenderal Sudirman)

(Museum Sains Taman Pintar)

Rangkaian kegiatan kedua yaitu museum performance atau karnaval virtual yang diharapkan bisa menjadi panggung untuk menampilkan kreasi dan potensi museum yang ada di Yogyakarta. Kegiatan pengambilan gambar di setiap museum dan sejumlah titik di Yogyakarta, sehingga pengunjung yang menyambangi JME bisa mendapatkan sensasi seperti mengikuti karnaval dengan latar belakang tempat ikonis di Yogyakarta.

Selama JME, acara berlangsung dari pukul 15.00 sampai 16.40 WIB. Selain itu, acara juga diisi performance, seperti musik, tari, maupun museum performance atau karnaval virtual yang hadir di sela-sela kuratorial class.

Ketiga, webinar internasional permuseuman yang menghadirkan diskusi menarik dengan konsep bincang santai secara hybrid atau bauran (perpaduan luring dan daring). Diskusi yang membahas perkembangan permuseuman di DIY ini bisa diikuti masyarakat melalui aplikasi berbasis internet.

Pembicara yang hadir dalam webinar permuseuman, meliputi, Smithsonian Institution, Washington DC Paul Taylor, perwakilan British Museum, London Alexandra Green, perwakilan China National Silk Museum, Hangzhou Yilan Wang, Museum Perkebunan Indonesia, Medan,Sri Hartini; Dahlia Kusuma Dewi dari Museum Konperensi Asia Afrika, Bandung; Ruth Barnes dari Yale University Art Galery, New Haven; Carol Cains dari National Gallery Of Australia, Canberra; Francine Brinkgreve dari Volkenkunde Museum, Leiden; dan Cyntia Handy dari Museum Gubug Wayang, Mojokerto.

(Museum Sejarah Purbakala Pleret)

(Museum Sandi)

“Kami berharap Jogja Museum Expo (JME) bisa mengedukasi masyarakat luas dan lebih memperkenalkan museum kepada masyarakat sekaligus meningkatkan jumlah kunjungan museum, museum peserta pameran maupun museum-museum lainnya sehingga museum bisa menjadi inpirasi kehidupan yang sebenarnya,” ucap Tri Agus.

Agenda pameran museum, museum performance/karnaval virtual, webinar internasional pada Kamis, 12 Agustus 2021 sampai Senin, 16 Agustus 2021 melalui www.gregrahmuseum.jogjaprov.go.id  dan www.jogjamuseumexpo.com

Webinar Seminar I International Museum Seminar pada Kamis, 12 Agustus 2021 (pukul 18.00 WIB) via Zoom Meeting dan www.jogjamuseumexpo.com atau kanal youtube Dinas Kebudayaan DIY pada tasteofjogja.

Peluncuran Buku Kenangan Panca Dasa Warsa Kencana Barahmus, pada Kamis, 12 Oktober 2021 menjadi salah satu penanda 50 tahun peran Barahmus DIY dalam kancah permuseuman, khususnya di Yogyakarta.

Webinar Seminar II International Museum Seminar pada Kamis, 12 Oktober 2021 (pukul 09.30-13.00 WIB) via Zoom Meeting atau www.jogjamuseumexpo.com

Penutupan Rangkaian Peringatan 50 Barahmus pada Kamis, 12 Oktober 2021. Prosesi Penutupan ditetapkan bertepatan dengan perayaan Hari Museum Indonesia. Sebagai puncak perayaan pada prosesi penutupan akan digelar ketoprak dengan lakon Pradnaparamitha dan disutradarai Bondan Nusantara. (Diendha Febrian/Larasati/Antok Wesman-Impessa.id)