Feature

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Produksi Hand Sanitizer, Untuk Lingkungan Kampus

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Produksi Hand Sanitizer, Untuk Lingkungan Kampus

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Produksi Hand Sanitizer, Untuk Lingkungan Kampus

Impessa.id, Yogyakarta : Wabah pandemi Covid-19 merupakan hal serius yang harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia, akibat wabah ini pun memunculkan kelangkaan persediaan hand sanitizer dan masker yang dibutuhkan masyarakat, khususnya kalangan sivitas akademika. Oleh karena itu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta -UMY, sebagai kampus sehat, menyikapi adanya kelangkaan hand sanitizer dengan melakukan produksi sendiri sesuai dengan kebutuhan aktivitas internal sivitas akademika UMY.

Dr Suryo Pratolo MSi Ak CA AAP-A, Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Keuangan UMY, saat dihubungi Minggu (22/3/20) menyampaikan bahwa produksi hand sanitizer tersebut dilakukan sebagai upaya preventif menghadapi wabah pandemi Covid-19. ”Produksi hand sanitizer ini sebagai bentuk upaya preventif adanya wabah pandemi COVID-19, hand sanitizer ini nantinya didistribusikan secara internal, sesuai dengan kebutuhan sivitas akademika UMY,” jelasnya.

Dr Suryo Pratolo menambahkan bahwa distribusi hand sanitizer tidak hanya saat wabah pandemi Covid-19 saja, namun juga diberlakukan tahun selanjutnya agar menjaga kebersihan dan kesehatan di lingkungan kampus. ”Distribusi ini tidak berhenti saat adanya wabah pandemi ini saja, namun akan diberlakukan tahun selanjutnya agar sivitas akademika UMY selalu menjaga kebersihan dan kesehatan di lingkungan UMY,” tambahnya.

Sabtanti Harimurti PhD Apt, Kepala Prodi Farmasi FKIK UMY saat dihubungi terpisah, Sabtu (21/3/20) mengatakan bahwa pembuatan hand sanitizer dilakukan sejak wabah Covid-19 merebak di Indonesia, tepatnya sekitar dua minggu lalu, saat Yogyakarta dan Solo sudah dinyatakan kasus positif Covid-19. “Latar belakang pembuatannya karena rasa ingin membantu UMY dalam mengurangi penularan Covid-19 di UMY. Rencana pertama hanya ingin membuat untuk prodi di FKIK saja, tetapi ternyata seluruh universitas memang mendukung, akhirnya kami membuat untuk seluruh civitas UMY. Oleh karena itu juga, urgensinya adalah kami sadar bahwa wabah Covid-19 tidak bisa menunggu sampai merebak banyak. Kami berusaha sebisa kami membantu mengurangi penyebaran. Tanggung jawab kami selaku tenaga kesehatan yang berada di UMY wajib bergerak menjaga kesehatan masyarakat, khususnya UMY. Kami merasa bahagia kalau ternyata formula kami diterima dengan baik oleh UMY dan harapannya UMY bebas dari Covid-19,” jelasnya.

Sabtanti Harimurti menjelaskan bahwa bahan utama yang digunakan untuk membuat hand sanitizer menggunakan alkohol. ”Bahan utama untuk pembuatannya menggunakan alkohol kemudian bahan lainnya  adalah humektan atau pelembut, agar tangan tidak menjadi kasar atau kering. Selanjutnya adalah minyak aroma terapi untuk menutup bau alkohol yang menyengat. Hal terpenting dalam pembuatan ini adalah konsentrasi alkohol yang harus terkandung di dalam hand sanitizer. Review jurnal yang terbit januari 2020 oleh peneliti Jerman menyebutkan bahwa kadar alkohol harus antara 62-71% untuk bisa me-nonaktifkan mikroba dalam satu menit. Sehingga ini wajib diperhatikan. Perlu dilakukan kalkulasi yang baik agar tidak salah. Mengapa begitu, bahan baku alkohol yang digunakan konsentrasinya berbeda-beda, ada yang 98%, 96% atau 95%. Jadi sebelum dibuat harus dihitung dengan baik, agar konsentrasinya tepat. Rumus pengenceran berlaku di sini,” paparnya.

“Kapasitas produksi kami adalah 40-50 liter per hari. Hal ini karena keterbatasan tempat produksi dan peralatannya yang memang bukan dirancang untuk produksi banyak, tapi untuk pembelajaran mahasiswa. Selama ini produksi dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi. Kemudian hand sanitizer saat ini hanya dibuat untuk keperluan UMY. Untuk bisa diedarkan keluar atau diperjual-belikan harus ada ijin edar yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan. Sekarang pengelolaan dilakukan oleh PT UMB, dan sampai saat ini hanya dipakai sendiri untuk memenuhi Standar Protokol Kesehatan dalam menghadapi wabah Covid-19 di UMY. Ke depan harapannya ijin edar bisa diperoleh, sehingga PT UMB bisa menjual keluar, selain untuk memenuhi kebutuhan UMY. Ini adalah prestasi, karena merupakan bukti hilirisasi produk Penelitian Prodi Farmasi. Hand Sanitizer yang kami produksi sudah melalui Uji Stabilitas dan Akseptabilitas, serta uji Antimikroba E-Coli. Hasil uji Daya Hambat membuktikan hand sanitizer setara dengan kontrol positif hand sanitizer yang dijual di pasaran. Kemudian untuk Daya Bunuh Bakteri-nya lebih baik atau lebih besar dibanding dengan hand sanitizer di pasaran yang dipakai sebagai pembanding,” tegasnya.

Sama halnya yang dilakukan di Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi juga berinisiatif untuk membuat hand sanitizer. Hal ini disampaikan oleh Dr Innaka Ageng Rineksane SP MP, Kepala Program Studi Agroteknologi FP UMY, bahwa hand sanitizer dibuat sejak merebaknya Covid-19, tepatnya tanggal 13 Maret 2020. “Setelah ada usulan dari dosen Agroteknologi agar membuat hand sanitizer untuk kalangan sendiri, dan adanya support dari Dekan. Yang terlibat dalam pembuatan laboran laboraturium Agrobioteknologi bekerja sama dengan Agriculture Training Centre (ATC) dan alumni prodi Agroteknologi. dan hasil pembuatan digunakan secara gratis oleh seluruh Dosen, Tenaga Pendidik, serta Temporary Staf FP,” tutupnya.(Sofia-BHP UMY/Antok Wesman-Impessa.id)