Event

Bincang-Bincang Sastra Di Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu, 22 Februari 2020, Berbincang Di Rumah Ilalang,

Bincang-Bincang Sastra Di Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu, 22 Februari 2020, Berbincang Di Rumah Ilalang,

Bincang-Bincang Sastra Di Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu, 22 Februari 2020, Berbincang Di Rumah Ilalang,

Impessa.id, Yogyakarta : Studio Pertunjukan Sastra Yogyakarta, kembali hadir dalam acara Bincang-Bincang Sastra yang kali ini sampai pada edisi ke 173. mengusung tajuk “Bincang Novela Rumah Ilalang Karya Stebby Julionatan, pada Sabtu, 22 Februari 2020 pukul 20.00 di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta, terbuka untuk publik dan gratis.

Bincang-Bincang Sastra Di Taman Budaya Yogyakarta, tersebut menghadirkan pembicara Stebby Julionatan dan Asef Saeful Anwar bersama moderator Ilham Rabbani. Di dalam acara itu juga disajikan pembacaan nukilan novela oleh Agung Wicaksana.

“Novela Rumah Ilalang karya sastrawan asal Probolinggo ini adalah salah satu dari 12 naskah pemenang lomba novela yang diadakan oleh Penerbit Basabasi. Stebby mengangkat tema tentang isu agama juga orientasi seksual dan identitas gender. Belum banyak sastrawan Indonesia yang menulis mengenai itu ini. Novela Rumah Ilalang dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat Indonesia dalam memandang sesuatu yang dianggap oleh sebagai minoritas di tengah mayoritas,” ujar Aji Bayu Setiawan, selaku koordinator acara. 

Stebby Julionatan adalah sastrawan yang cukup produktif menerbitkan karya di media massa dan sudah menghasilkan sejumlah buku. Buku-bukunya yang sudah terbit selain “Rumah Ilalang” yakni, “LAN” (2011), “Barang yang Sudah Dibeli Tidak Dapat Ditukar Kembali” (2012), dan “Di Kota Tuhan” (2018).

Sastrawan yang bekerja sebagai staf bagian informasi di Dinas Komunikasi dan Informatika, Kota Probolinggo, Jawa Timur, juga aktif bergiat di Dewan Kesenian Kota Probolinggo dan di Komunitas Menulis (Komunlis) yang dibentuknya pada tahun 2010. Aktivitasnya di bidang literasi tak tanggung-tanggung. Melaui Komunlis pada tahun 2015, Stebby menyelenggarakan program Komunlis Goes to School. 

“Novela karya Stebby ini memiliki warna tersendiri di dalam khazanah sastra Indonesia. Satu isu yang membutuhkan ruang gerak dan ruang diskusi yang lebih luas untuk memahaminya. Untuk itu, mari kita membaca buku ini dan berbincang bersama,” pungkas Bayu. (Latief SN/Antok Wesman-Impessa.id)