Kelompok Cerobong Pameran Nggrahito Di Tembi Sewon-Bantul, 25 September-8 Oktober 2019
Impessa.id, Yogyakarta : Untuk ke-4 kalinya Kelompok Cerobong berpameran. Kali ini di Tembi Rumah Budaya pada 25 September – 8 Oktober 2019, dibuka pada hari Rabu, 25 September, pukul 19.30 WIB oleh perupa Pupuk Daru Purnomo.
Kelompok Cerobong yang berdiri pada tahun 2013, telah berpameran di Galeri Biasa, Mien Gallery, dan Tahunmas Art Room, Yogyakarta. Beranggotakan sembilan perupa, yakni Alperd Roza, Arif Widarto, Bambang Wisnu Wardana, Fatah Hidayat, Eko Ramadhanto, Harun, M. Aris, Meri Suska dan Yuniarto (Inoel). Nyaris semuanya adalah lulusan Institut Seni Indonesia -ISI Yogyakarta.
Menurut Harun, Cerobong merupakan representasi dari sebuah pabrik dimana mereka saling bertemu dan sempat bekerja bersama pada sebuah perusahaan swasta di Sleman yang bergerak di bidang seni dan dekorasi. Selain itu, jelas Harun, Cerobong merupakan tempat bernafas, dan bisa juga diartikan sebuah penanda keeksistensian, dimana sebuah perusahaan dinilai masih beroperasi jika cerobongnya masih berasap. “Sebuah eksistensi yang masih ingin dipertahankan sebagai seorang perupa di sela padatnya jam kerja,” tandasnya.
Sebagian besar anggota Cerobong kelahiran tahun 1970an dan akhir 1960an, namun ada pula yang lahir pada 1980an. Mereka aktif berpameran secara personal dalam pameran bersama di luar kelompoknya. Harun sendiri pernah berpameran tunggal di Bentara Budaya Yogyakarta.
Pada pameran di Tembi Rumah Budaya, Sewon-Bantul, mereka mengusung tajuk ‘Nggrahito’, yang dalam bahasa Indonesia berarti membuka pikiran, memahami dan mencoba mengerti. Dengan tajuk itu, Harun menjelaskan, kelompoknya ingin melakukan dan mengajak untuk mengamati dan memahami apa yang terjadi dalam kehidupan sekitar. Ajakan kepada publik untuk lebih peduli dan kritis terhadap sesuatu yang terjadi di sekitar. Sebuah interaksi fisik atau psikologis dengan lingkungan sehingga timbul rasa simpati dan empati terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat.
Karya-karya yang dipamerkan sebagian besar berupa lukisan, namun ada pula patung. Sebagian merupakan lukisan realis-naturalis, sebagian lagi metaforis. (Ons Untoro/Antok Wesman)