Festival Keluarga Mom and Kids REBOENG Di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama Yogyakarta.
Nana Ernawati dan Syahbenol Hasibuan ditengah-tengah anak-anak peserta Festival Keluarga Mom and Kids REBOENG Di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama Yogyakarta, Sabtu, 27 April 2019.
Impessa.id, Yogyakarta : Setelah sukses menggelar acara untuk keluarga Mom and Kids REBOENG di Jakarta, kini Rebung menghadirkan acara serupa Mom and Kids REBOENG di Yogyakarta, tepatnya di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama jalan Laksda Adisucipto pada Sabtu, 27 April 2019, mengundang 500-an anak-anak termasuk anak yatim dari Panti Asuhan di Yogyakarta, beserta orang-tua mereka.
Penulis sastra nasional Nana Ernawati selaku penggagas kegiatan untuk keluarga tersebut kepada Impessa.id menuturkan perlunya dihelat acara yang bisa mengumpulkan orangtua dan anak, mengingat pengaruh gadget akhir-akhir ini sudah semakin menghilangkan kesempatan kumpul bersama diantara keluarga.
“Sekarang ini kita bisa melihat bahwa hubungan antara orangntua dan anak itu sudah tidak lagi seperti beberapa periode yang lalu. Maksudnya dengan adanya media sosial, terutama disini seperti gadget, itu memberi jarak, bahkan anak dirumahnya sendiri saat mau minta makan sama ibunya, anak itu tidak ngomong, anak itu pakai gadget, ber-WA sama ibunya, padahal berada dalam satu rumah. Hal ini kan sudah parah banget ya, dan gejala ini terjadi di masyarakat sekarang ini,” ujar Nana Ernawati.
Hal tersebut membuat Nana merasa prihatin hingga dirinya berinisiatif membuat acara Mom and Kids REBOENG, menyatukan anak dan ibu dalam suatu kegiatan rekreasi, bermain, bernyanyi, mendengarkan dongeng Rebung, berinteraksi dengan teman-teman sebayanya, berkumpul bersama-sama, tanpa gadget.
Yayasan REBOENG memiliki rencana untuk merutinkan kegiatan Mom and Kids REBOENG tersebut di banyak kota di Indonesia, menggandeng pemerintah daerah setempat, yang diharapkan akan memfasilitasi gedung tempat pertunjukan secara gratis, seperti yang digelar di Yogyakarta ini, pihaknya masih menyewa gedungnya.
Program literasi anak sudah diselenggarakan oleh Yayasan REBOENG sejak dua tahun lalu dengan respon yang bagus banyak masyarakat yang menginginkan acara Mom and Kids REBOENG diadakan rutin setiap tahun. “Yang menjadi tantangan saya tertuju kepada pihak yang berkompeten dalam hal ini Pemerintah Daerah, sejauhmana mereka peduli dengan kampanye kebersamaan kembali antara Ibu dan Anak seperti ini, Bersediakah mereka memfasilitasi kami dengan gedung pertunjukan secara gratis?” himbau Nana Ernawati.
“Alhamdulillah, saya sangat berterimakasih kepada Kadipaten Puro Pakualaman yang telah memberikan donasi untuk kita melaksanakan kegiatan ini, sehingga pelan tapi pasti akan mengembalikan kembali fungsi orang tua sebagai mana mestinya yakni ikut mendidik anak-anaknya,” pungkasnya.
Sejak pagi hingga saat santap siang, anak-anak mendapati atraksi-atraksi menarik, diantaranya, tari-tarian oleh penari-penari cilik dari Sanggar Sekar Kinanti, permainan jari-jari tangan dibantu lampu sorot yang memunculkan bayangan aneka jenis hewan-hewan disertai suara-suara sesuai dengan binatang yang muncul, menjadi perhatian serius seluruh anak-anak yang duduk bersila diatas karpet didepan panggung, anak-anak yang sebelumnya ramai, menjadi terdiam menatap bayang-bayang berujud macam-macam binatang.
Bayang-bayang Kelinci, kemudian Ayam Jago yang sedang berkokok, Gajah sedang menerompetkan belalainya, Kambing yang sedang mengembik, burung yang terbang, suatu ketrampilan dan keahlian menekuk-nekuk jari-jemari tangan yang mampu menghipnotis anak-anak bahkan orang tua pendamping yang ada di ruangan besar itu. Kemudian Dongeng REBOENG menjadi inti acara, perpaduan manis antara seni mendongeng dengan gerak dan musik, memberi kesan tersendiri bagi anak-anak.
Syahbenol Hasibuan mewakili pihak Kraton Kasultanan Yogyakarta menilai penting acara Mom and Kids REBOENG tersebut, seperti yang dia kemukakan kepada Impessa.id. disela-sela kegiatan yang tengah berlangsung. “Saya menilai penting adanya kegiatan yang melibatkan Ibu dan Anak, untuk meningkatkan marwah keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah.
Terkait dengan perkembangan IT, dengan adanya gadget, anak itu terkadang merasa tidak dikawruhke, dicuek-in, karena Mom-nya, Papi-nya asik ber-gadget ria, di meja makan, di ruang tamu, tidak sempat lagi anak dengan ibu dan orang tua itu berkomunikasi, baik secara emosional maupun secara physically, sehingga festival seperti ini sangat diperlukan, untuk menstimulasi hubungan antara anak dan ibu, sama-sama dipedulikan,” jelas Syahbenol Hasibuan.
Menurut tokoh Jogja yang kini bertugas di Dewan Perwakilan Daerah RI itu, pengaruh negatif gadget terhadap anak muda sangat signifikan, kini anak muda manakala sudah asik bermain game on-line, sudah tidak peduli lagi dengan adanya orang-orang disekitarnya, konsentrasi terhadap lingkungan menjadi sangat rendah, sehingga perlu adanya masa-masa terbebas dari gadget, di rumah perlu adanya waktu tanpa gadget atau Jam Terbebas Dari Gadget.
Nurhalimah warga Sleman menemani anak lelakinya Zidan berumur 6 tahun melalui Impessa.id, mengungkapkan keprihatinannya akan maraknya gadget game on-line yang begitu digemari anak-anak. “Adanya game On-Line menjadi tantangan berat bagi orang tua, namun sesungguhnya di usia kanak-kanak, mereka itu sejatinya senang bermain-main di halaman bersama teman-temannya, kegiatan nyata seperti kursus menari, kursus main piano, itu sesungguhnya mampu menangguangi anak bermain HP. Terkadang orang tua cari mudahnya, daripada anaknya pergi bermain diluar, lantas disodorkan HP agar anak dirumah saja,” ujarnya.
Menurut pengakuannya, anak lelakinya bernama Zidan memang dibatasi saat bermain game di HP, namun Zidan (6 tahun) malah memanfaatkan internet dengan men-download gambar-gambar kereta api dan kemudian mem-print-out-nya, untuk dia jadikan hastakarya membuat kereta api sendiri dari kertas manila. “Adakalanya teknologi itu memberi manfaat,” imbuhnya singkat. (Antok Wesman)