Dari Jogja Istimewa, Talenta Seniman Muda Indonesia Berkiprah Ke Mancanegara
Impessa.id, Yogyakarta : Maria Novita Riatno, lulusan Institut Seni Indonesia – ISI Yogyakarta, yang menekuni Art Manajemen, Tata Kelola, menerapkan Mata Kuliah Promotor yang ditimba dari kampus, ke aksi nyata, dan ternyata telah membuahkan hasil yang membanggakan negara dan bangsa.
Atas upayanya mengirim delegasi Tim Tari dari Yogyakarta ke Festival Tari Dunia di Korea Selatan, Wonju Dynamic Dancing Carnival 2018, hasilnya, Tim Tari Komunitas Rampu dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada berhasil meraih medali Emas. Langkah berikutnya menurut Novi, sapaan akrabnya, pihaknya sedang sedang mempersiapkan keberangkatan tim Tari Indonesia ke Rumania pada Agustus 2019.
Saat dikonfirmasi Impessa mengenai tantangan untuk mensinergikan mahasiswa dari berbagai daerahkedalam satu tim yang solid, Novi menjelaskan. “Kami diuntungkan dengan adanya sosial media, sehingga saya bisa menemui mahasiswa dari berbagai lintas universitas, kalau memang intusinya sudah untuk Indonesia, semua lantas bersepakat meluangkan waktu untuk berproses. Melalui jejaring yang kami bentuk, kami tetap bisa saling berkomunikasi bertukar pandangan, mempersiapkan segala hal untuk pentas di negara dengan bahasa, budaya dan adat-istiadat yang berbeda dengan di Indonesia,” tuturnya.
Keikutsertaan Tim Tari tersebut kiprah mengikuti berbagai festival seni tari di luar negeri, seratus persen atas inisiatif sendiri, tanpa melalui suatu Kementerian, meski mereka juga memperoleh dukungan finansial dari beberapa kementerian maupun para sponsor. Melani Fitri dari Fakultas Ilmu Budaya UGM, Muchtiari Sandi asal Bengkulu kuliah di Hubungan Internasional AMIKOM, Rombongan yang berangkat ke Rumania pada awal Agustus selama sepekan, sebanyak 35 orang dari berbagai universitas di Nusantara, membawakan tari tradisional Aceh bernama Ratu Pukat.
Teknisnya seluruh peminat dari berbagai daerah di Indonesia akan melalui proses seleksi dan kurasi, untuk mengikuti festival di Rumania tersebut kami memberangkatkan Komunitas Semangat Indonesia Muda, dengan promotor Q Manajemen. “Ini bukan kompetisi, melainkan festival, sehingga diharapkan seluruh provinsi di Tanah Air terwakili, meski satu-satu,” ungkap Novi.
Pilihan tarian Ratu Pukat oleh Melani dijelaskan karena tari tradisional asal Aceh itu penuh dengan kekompakan. “Sejumlah penari dalam posisi duduk sambil bergantian posisi antara barus depan dengan baris dibelakangnya bergerak dalam posisi duduk tiba-tiba menyembul diantara dua penari, tanganya sambil mengalungkan tali-tali, sehingga tatkala tali sudah habis teranyam, diakhir tarian semua penari akan berdiam, mengangkat tangan menunjukkan hasil karya mereka berupa anyaman jaring pukat nelayan nan elok,” jelas Melani.
Salah satu pendukung kinerja positif anak-anak muda itu yakni Mahfud MD, yang kepada Impessa.id menuturkan pendapatnya. “Ya baguslah, ini anak-anak muda kreatif, tidak terkontaminasi oleh kegaduhan-kegaduhan politik, hoax, tetap berprestasi menurut potensinya masing-masing. Mereka berhimpun kedalam komunitas namanya Rampu UGM, lalu atas inisiatifnya mendaftar sendiri untuk mengikuti festival internasional, kemudian berangkat atas usaha-usahanya sendiri, dan berhasil, membawa medali Emas. Itu kan luar biasa! Seharusnya anak-anak muda Indonesia, kreatif seperti itu,” aku Mahfud MD jujur.
Menurut Mahfud MD, itu bukan hanya kreatif didalam pengembangan budaya nasionalisme, tetapi juga kreatif secara ekonomis. “Itu yang disebut ekonomi kreatif juga,” imbuhnya lebih lanjut. (Antok)