Feature

JAGONGAN WAGEN Episode 153: Pertunjukan Partisipatif TINY REVOLUTIONS, Di Padepokan Bagong Kussudiardja Yogyakarta

JAGONGAN WAGEN Episode 153: Pertunjukan Partisipatif TINY REVOLUTIONS, Di Padepokan Bagong Kussudiardja Yogyakarta

JAGONGAN WAGEN Episode 153: Pertunjukan Partisipatif TINY REVOLUTIONS, Di Padepokan Bagong Kussudiardja Yogyakarta

Impessa.id, Yogyakarta: Padepokan Seni Bagong Kussudiardja -PSBK berkolaborasi dengan PVI Collective menghadirkan pertunjukan partisipatif bertajuk “Tiny Revolutions” dalam program Jagongan Wagen episode 153. Tiny Revolutions dipentaskan di PSBK (Yogyakarta) dan Salihara (Jakarta) sebagai bagian dari rangkaian Tur Internasional 2025 yang didukung oleh Creative Australia.

Pertunjukan “Tiny Revolutions” merespon berbagai permasalahan besar dengan mengajak penonton untuk merumuskan ide-ide sederhana yang bisa memicu dampak sosial yang signifikan. Penonton dapat memilih isu, taktik kreatif, bahkan ikut berdebat dan merancang sebuah revolusi kecil yang akan dilaksanakan di ruang publik.

Mekanisme Pertunjukan

PVI Collective bersama PSBK mengundang publik untuk memilih 1 dari 6 isu dan 6 taktik kreatif yang telah disesuaikan dengan konteks Indonesia. Isu dan taktik kreatif tersebut dapat dipilih oleh partisipan sebelum pertunjukan dimulai. Proses ini dilakukan melalui jajak pendapat secara online pada tanggal 16- 20 juli 2025.

Ke-enam isu tersebut adalah:

1. Status Perempuan/status of women

Meliputi persoalan: kesetaraan penghasilan | hak reproduksi | kekerasan domestik | penyiksaan | stereotipe gender | patriarki

2. Etika bBrdemokrasi | ethics in democracy

Meliputi persoalan: transparansi politik | pemerasan | korupsi | pencucian uang | elite kekuasaan | ideologi | akses terhadap kekuasaan | paradigma baru | partisipasi warga | kejahatan terorganisasi

3. Kesenjangan Sosial | social inequality

Meliputi persoalan: kemiskinan | redistribusi tanah dan perumahan | pendapatan dasar | pengemplangan pajak | gurita bisnis | ketahanan pangan

4. Pendidikan | education

Meliputi persoalan: relevansi kurikulum | etika | berpikir kritis | tingkat literasi | perkembangan AI yang pesat

5. (Re)Koleksi Sejarah-Sejarah | (re)collecting histories

Meliputi persoalan: kolonisasi | hak asasi manusia | generasi masa depan | konflik kepentingan | penghapusan memori | trauma dan ketahanan | otoritas arsip dan catatan

6. Kedaulatan Data | data sovereignty

Meliputi persoalan: netizenship | pesatnya perkembangan a.i | privasi daring | serba jarak jauh (tele-everything) | ar/vr | komputasi kuantum |

Enam Taktik Kreatif yang bisa dipilih adalah:

1. A Tiny Blockade

Cara kerja: mengisolasi; menutup atau mengepung suatu tempat untuk mencegah akses keluar-masuk. blokade: adalah tindakan pembatasan yang dirancang untuk menghalangi pertukaran dan komunikasi.

2. A Tiny Forgery

Cara kerja: mengimitasi dengan tujuan membuat peniruan yang disengaja

3. A Tiny Hoax:

Cara kerja: membuat kebohongan yang sengaja menyamarkan kebenaran. Hoax dapat berfungsi menunjukkan realitas lain yang mungkin terjadi.

4. A Tiny Identity Correction:

Cara kerja: menggunakan peniruan identitas (impersonation) untuk memparodikan subjek. tanya: 'apa yang akan dikatakan subyek/lembaga/pemerintah ini jika mereka memutuskan untuk melakukan hal yang benar?

5. A Tiny Sabotage:

Cara kerja: tindakan yang dengan sengaja ditujukan untuk melemahkan suatu organisasi melalui gangguan, campur tangan, atau pengacauan tanpa mengakibatkan pelanggaran hukum.

6. A Tiny Sing-Song:

Cara kerja: kemampuan untuk mengkristalkan emosi-emosi yang mendasar menjadi alunan lagu yang menarik perhatian. sebuah lagu memiliki kapasitas untuk melampaui batas-batas, kelas, ras, dan bahasa.

Pelaksanaan Pertunjukan

Rabu, 30 Juli 2025 di Gedung Layang-Layang PSBK

- sesi 1: 15.30 - 17.00 WIB

- sesi 2: 19.30 - 21.00 WIB

Pertunjukan ini terdiri dari dua bagian, yaitu the think dan the do. Partisipan mengikuti sesi the think di PSBK untuk merumuskan the do yang dilakukan oleh seniman (PVI Collective atau lainnya).

The tTink (Pemikiran):

Proses think adalah acara partisipatif langsung yang berlangsung di psbk. partisipan berkumpul di sekitar meja bundar bergaya PBB untuk menggali lebih dalam, berdiskusi, dan merancang sebuah revolusi kecil yang dibuat khusus untuk dilaksanakan di ruang publik.

The Do (Aksi):

Aksi ini dilakukan di ranah publik dan telah mencakup berbagai bentuk, mulai dari flash mob, kampanye poster, hingga intervensi taktis, semuanya tetap berada dalam batasan hukum.

Adaptasi Tiny Revolutions - Indonesia

PVI Collective, PSBK, dan Salihara secara kolaboratif memfasilitasi adaptasi tiny revolutions versi indonesia melalui proses riset dan pengembangan untuk mengurai karya dan melakukan penyesuaian berdasarkan masukan kreatif dari publik sebagai kolaborasi lintas budaya. Melalui kesempatan ini, PVI Collective menyambut baik kesempatan untuk terlibat dengan para seniman, pemikir, dan penonton lokal dalam sebuah karya yang mengurai isu-isu yang relevan dengan kota mereka dan dalam konteks global.

Usai pertunjukan Tiny Revolutions di Sesi 2, Rabu malam (30/7/2025). Salah seorang peserta yakni Mulyana dari Bandung namun bermukim di Dusun Kasihan, ketika ditemui Impessa.id mengakui bahwa acara tersebut sangat menarik, bikin penasaran, dan menurutnya sulit diungkap dengan kata-kata karena ketatnya pembatasan waktu disetiap tahapan yang diikuti oleh peserta. “Seru juga sih mencoba menyampaikan pendapat namun diburu waktu yang teramat singkat, sehingga belum sampai tuntas, karena audiensnya banyak dari meja sesuai warna kelompoknya masing-masing, tapi gimana ya kayaknya saya tidak menemukan hasil atau goal dari rangkuman ide yang diusulkan seluruh peserta, karena tau-tau waktu sudah selesai,” aku Mulyana.

Dalam kesempatan itu Linda Mayasari, salah satu seniman dari PSBK, kepada Impessa.id memgungkapkan proses pemilihan terbuka tersebut sangat menarik karena keterbatasan waktu, sehingga kemudian tidak semua peserta mendapatkan porsi yang sama untuk mengemukakan pendapatnya. “Legawa untuk mendengarkan itu terbangun dan kemudian merajut macam-macam ide menjadi terlatih dengan keterbatasan waktu tersebut, suasananya tegang dan sangat menyenangkan, karena volunteernya juga menyenangkan meskipun isu nya sangat berat,” ungkap Linda.

“Kami menilai adanya kepercayaan dari teman-teman yang duduk di meja bundar untuk memberikan delegasi kepada kami, yang diajak, diundang ke lingkar pemikir itu juga sesuatu yang mendebarkan, ada beban berat yang dipercayakan, lalu kami juga mencoba mengelaborasi sesuai dengan point-point yang kami dapatkan ketka bersama dengan peserta di meja bundar. Menurutku ini lebih dari sekedar pertunjukan mengingat dalam keseharian kita sering dihadapkan dengan peristiwa-peristiwa semacam itu,” ujar Linda.

“Rembugan itu di Jogja kan sangat kental ya, di meja-meja yang tidak formal, di angkringan, di tempat tongkrongan, atau habis nonton pertunjukan, atau ketika ada masalah apa kemudian reriungan untuk membahas sesuatu itu kan sebenarnya bagian dari kita, tapi dengan dibalut seperti ini kan sebenarnya kita gak hanya belajar metode yang lain, tetapi kita juga membaca kembali metode car akita bermasyrakat, dan berkolektif, itu yang menyenangkan,” imbuhnay lebih lanjut.

Terkait adanya dua sesi pertunjukan, Impessa.id menanyakan adakah perbedaan diantara kedua sesi itu? Linda pun menjawab, “Beda,” tegasnya. “Crowd-nya beda, kalau saya lihat, penonton itu adalah aktpr utama, penonton yang tidak tahu setting-nya, apa yang akan terjadi, itu penonton yang diutamakan didalam bentuk sajian ini, latar belakang penonton, kemudian perspekstif penonton, bahkan selera humor penonton itu sangat mempengaruhi, isu ini pernah juga dicoba dengan audiens berbeda dan ternyata vibe-nya lain, pembahasannya berbeda, temuan-temuannya berbeda dan lreatifitasnya juga berbeda,” jelas Limda Mayasari.

Tentang Tiny Revolutions

Tiny Revolutions merupakan sebuah provokasi kreatif untuk membentuk iklim perlawanan terhadap krisis sosial dan politik yang tengah kita hadapi bersama. melalui pertunjukan partisipatif, tiny revolutions mengundang seluruh lapisan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dalam sebuah forum pemikiran kolektif (think tank). beragam isu dari kesenjangan sosial, keamanan digital, hak-hak minoritas, ketahanan pangan, hingga patriarki, tiny revolutions merespon berbagai isu yang terasa menyesakkan dengan merumuskan ide bersama, lalu mengubahnya menjadi aksi-aksi kecil yang berdampak besar.

Tiny Revolutions berpijak pada 15 tantangan global dari *the millennium project sebagai kerangka acuan untuk mengenali isu-isu utama yang tengah dihadapi dunia saat ini. melalui tiny revolutions, kita diajak mengeksplorasi berbagai cara untuk merespon tiap tantangan tersebut lewat aksi-aksi kecil yang mampu mendorong perubahan nyata.

*the millennium project adalah wadah pemikir global partisipatif (global participatory think tank) yang didirikan pada 1996 dan kini menjadi organisasi nirlaba independen dengan 72 node (kelompok institusi dan individu yang menghubungkan perspektif lokal dan global) di berbagai belahan dunia.

Tentang PVI Collective

Kelompok seni media taktis asal whadjuk noongar (perth), australia dan berdiri sejak 1998. mereka menciptakan karya partisipatif yang subversif dan menyenangkan yang menggabungkan permainan dengan teknologi untuk mengguncang kehidupan sehari-hari. dengan misi mengubah penonton menjadi aktivis, pvi collective menggunakan seni sebagai alat perubahan sistemik untuk menantang kekuasaan, privilese, dan pengawasan digital.

Tentang Jagongan Wagen

Platform presentasi karya seni pertunjukan di psbk yang mempertemukan karya seni, Seniman dan publiknya. sejak 2007, jagongan wagen (jw) berkomitmen untuk selalu menampilkan karya pertunjukan yang segar dan inovatif. baik secara artistik maupun wacana yang melekat pada karyanya. melalui jw, psbk terus mendukung pengembangkan 3 elemen penting di dalam seni pertunjukan: karya seni, seniman dan penonton. komitmen ini diwujudkan dengan usaha optimalisasi fasilitas panggung pertunjukan serta perencanaan dan implementasi hospitality yang baik kepada penonton, yang selama ini kami sebut “ruang jagong”.

Melalui berbagai inisiasi dan kolaborasi, mulai tahun 2025 JW berfokus pada misi untuk mempresentasikan karya-karya pertunjukan yang beragam, baik dari seniman Indonesia maupun seniman internasional. fokus ini juga merupakan cara strategis untuk mendukung pertumbuhan penonton seni pertunjukan, profesional dalam ekosistem seni pertunjukan, khususnya kurator dan produser, dan lebih khusus lagi menciptakan peristiwa apresiasi seni yang genuine.

Tentang PSBK

Melanjutkan spirit bagong kussudiardja, psbk menyelaraskan visi misi sebagai pusat seni berbasis tempat (place-based art center). evolusi ini dapat terwujud lewat penyempurnaan rencana induk desain kawasan pada 2024. psbk berupaya untuk mewujudkan misi Lembaga untuk menjaga kualitas dan aksesibilitas ruang seni untuk pengembangan hubungan seni, seniman, dan masyarakat dengan kekuatan presentasi, literasi, perekaman dan dokumentasi, serta konservasi. dengan kekuatan tersebut dan praktik manajemen profesional, psbk meneguhkan posisi sebagai pusat pengetahuan (resource center) yang berkontribusi pada ekosistem seni global, menciptakan dampak pada kualitas sdm seni maupun non-seni, serta terus menjaga relevansi seni sebagai kebutuhan hidup. (Feature of Impessa.id by Media PSBK-Antok Wesman)