Feature

GREENHOST Boutique Hotel Yogyakarta, Gelar Pameran MAJEMUK: Sustainable Art for Living, 15 Mei Hingga 15 Juni 2025

GREENHOST Boutique Hotel Yogyakarta, Gelar Pameran MAJEMUK: Sustainable Art for Living, 15 Mei Hingga 15 Juni 2025

GREENHOST Boutique Hotel Yogyakarta, Gelar Pameran MAJEMUK: Sustainable Art for Living, 15 Mei Hingga 15 Juni 2025

Impessa.id, Yogyakarta: Greenhost Art Space, ruang seni kontemporer di Greenhost Boutique Hotel bersama dengan Alur Agency, menggelar pameran seni rupa bertajuk “Majemuk: Sustainable Art for Living”, selama satu bulan, pada 15 Mei hingga 15 Juni 2025.

Pameran “Majemuk: Sustainable Art for Living” merupakan hasil kolaborasi dengan Komunitas Seni Patsi Jiwanta, yang terdiri dari empat seniman yakni, Dwipo Hadi, Febrita Yustiani, Indira Bunyamin, dan Retno Aris.

General Manager Greenhost Boutique Hotel, Vivie Elizabeth dalam sambutan pembukaan pameran menuturkan, “Mengangkat tema ‘Majemuk’, pameran ini menggarisbawahi pentingnya merayakan keberagaman sebagai kekuatan, bukan ancaman. ‘Majemuk’ dalam konteks ini tidak sekedar mengacu pada keberadaan unsur, melainkan pada upaya menemukan harmoni dalam keragaman, baik dalam konteks sosial, budaya, maupun artistik. Dalam karya-karya seniman keberagaman dipahami sebagai pondasi kehidupan yang berkelanjutan dan inklusif.”   

“Green Art Space di Greenhost Boutique Hotel adalah wujud nyata dari semangat Greenhost dalam mengintegrasikan seni, berkelanjutan dan kehidupan sehari-hari. Melalui pameran bertajuk ‘Majemuk’, kami mengajak publik untuk merenungkan kembali arti kebersamaan dan toleransi di tengah dunia yang semakin kompleks. Seni menjadi medium yang kuat untuk menyuarakan nilai-nilai tersebut”, ungkap Vivie Elizabeth.

Dwipo Hadi, mewakili kelompok Patsi Jiwanta kepada Impessa.id menguraikan riwayat terbentuknya kelompok Patsi Jiwanta; “Sekitar awal 2018-2019, saya banyak mengerjakan membuat pameran di galeri dan hotel-hotel, dengan pesertanya cukup banyak antara 30 dan 40 seniman, saya mengkoordinir mereka, di setiap pameran kadang kombinasi diantara peserta berubah, yang satu ikut lagi yang lain tidak ikut, sebetulnya saya menginginkan seniman-seniman yang ikut berpameran memiliki semangat yang tinggi, hingga waktu berjalan sekian lama, maka bertemulah empat orang, kita ngobrol ringan, dan secara kebetulan, ke-empatnya rajin tampil mengikuti di setiap pameran yang saya koordinir itu, konsisten ikut berpameran dan secara personal saya bertanya satu persatu mengapa selalu ikut berpameran, jawabannya hampir sama, karena hobby, karena senang, akhirnya dari obrolan itu kami ber-empat berkomitmen membuat kelompok, bernama Patsi Jiwanta yang beranggotakan Dwipo Hadi, Febrita Yustiani, Indira Bunyamin, dan Retno Aris,” ungkap Dwipo Hadi.

Lebh lanjut Dwipo Hadi menyebutkan bahwa Patsi Jjiwanta terbentuk dari semangat kebersamaan empat individu dengan latar belakang yang berbeda. Nama “Patsi” berasal dari filosofi Jawa, Papat Siji (empat menjadi satu), sedangkan “Jiwanta” mencerminkan kehidupan batin yang damai dan tenteram yang tumbuh dari pemahaman dan penerimaan terhadap perbedaan. Melalui pameran tersebut, keempat seniman menghadirkan bentuk, rupa, warna, dan cerita yang mencerminkan gagasan tentang seni yang hidup, berkelanjutan, dan berpihak pada kemanusiaan.

“Dalam konteks dunia yang kian kompleks dan penuh tantangan, Majemuk: Sustainable Art for Living menjadi ajakan untuk melihat seni bukan hanya sebagai ekspresi estetik, melainkan sebagai medium yang menumbuhkan kesadaran akan pentingnya toleransi, empati, dan keberlanjutan dalam kehidupan bersama,” jelas Dwipo Hadi.      

“Kami percaya bahwa perbedaan adalah kekuatan. Dalam proses berkarya bersama, kami menemukan bahwa dialog, empati, dan kolaborasi adalah elemen penting dalam menciptakan karya yang estetik, juga bermakna secara sosial. “Majemuk” adalah  cara kami memaknai dunia yang beragam dengan penuh kasih dan pengharapan,” tambahnya.

Dalam kesempatan itu, ketika dikonfirmasi Impessa.id, seniman Retno Aris lewat lukisan berjudul “Dalam Ketenangan Dalam Kesejukan” menuturkan konsep lukisan yang diusungnya itu. “Judul karya ini saya ambil sewaktu saya ada di lokasi, saat itu saya sepedaan, di suatu lokasi dan disitu ada air terjun, biasanya disekitarannya banyak bunga-bunga, banyak rerumputan yang subur. Saya punya tema bahwa dimana ada air pasti disitu ada kehidupan, jadi ini adalah kehidupan disekitaran air terjun,” ungkap Retno Aris.

Sedangkan seniman Indira Bunyamin kepada Impessa.id menjelaskan makna judul dari dua lukisannya yang terpajang berdekatan masing-masing, berjudul “Bless” dan “The Magic of Red”.“Ini memang saya kasih judul ‘Bless’ sebagai bentuk rasa syukur saya bahwa melukis itu, saya pelukis otodidak, sebagai berkat, maka lukisan ini saya beri judul “Bless”. Sebenarnya tanpa disadari warna favorit saya itu Merah. Jadi disetiap lukisan saya itu selalu merah, saya juga gak tau kenapa, cuman kalau merah terlalu merah baru kali ini saya bikin merah yang bener-bener menonjol, tadinya memang merah semua, makanya saya beri judul “The Magic of Red” karena ternyata setiap lukisan saya selalu mengandung warna merah” jelas Indira Bunyamin.

Sementara seniman Febrita Yustiani menjelaskan makna lukisannya yang berjudul “Harmoni”. “Saya membuat karya ini untuk menceritakan tentang kehidupan yang harmonis, ada keselarasan dengan alam, dan proses pembuatan lukisan ini agak panjang, saya sempat stuck lama, berhenti, saya merasa kehilangan inspirasi, Tiba-tiba dua pekan lalu saya ingin menyelesaikannya, karena jeda lama, saya merasa kok kurang sesuai dengan ‘mood’ saya sekarang, maka saya poles-poles kembali saya sesuaikan dengan gaya saya sekarang, sehingga jadilah ini, saya beri judul “Harmoni”. Konsep karya ini mix-media, menggunakan sampah plastik untuk tekstur nya. Judulnya “Laguna” ini saya buat diwaktu malam, ditepi laguna yang tenang, sepi, pesannya ingin menyendiri ajah, menikmati kesunyian tapi indah,” ungkap Febrita Yustiani.

Bagi seniman Dwipo Hadi, karya lukisannya yang berjudul “Pengendalian Diri” erat kaitannya dengan pola kehidupan yang ada. “Selama ini dengan pola hidup kita yang dipenuhi oleh tantangan atau keinginan, membuat kita kadang tidak hidup sewajarnya. Terkadang kita menilai secara berlebihan, hal-hal yang biasa membuat kita jadi kawatir, sehingga membatasi ruang Gerak kita untuk melakukan sesuatu. Saya sebagai seniman mencoba untuk mengangkatnya, ternyata didalam seni ketika saya membuat karya dengan kondisi yang kita tidak bisa memilih akhirnya dapat mempengaruhi kualitas karya kita sendiri dan kita tidak bisa memberikan hal yang terbaik untuk publik. Akhirnya seniman ketika membuat karya hendaknya melihat kondisi mereka sendiri, apa yang selama ini telah saya kerjakan untuk masyarakat sekitar, lantas pengalaman tersebut saya tuangkan kedalam karya,” jelasnya.

Greenhost Boutique Hotel, melalui Alur Agency dan Green Art Space terus berkomitmen mendukung praktik seni yang memperkaya ruang sosial, budaya dan lingkungan secara berkelanjutan. Pameran Seni Rupa “Majemuk: Sustainable Art for Living”, terbuka untuk umum setiap hari pada 15 Mei hingga 15 Juni 2025, pukul 10.00-20.00 WIB di Greenhost Art Space, Greenhost Boutique Hotel, Jl. Prawirotaman II, No. 629 Brontokusuman Yogyakarta. Untuk informasi dapat mengunjungi Instagram akun @greenhosthotel, @alur_agency atau website www.greenhosthotel.com. (Dita Retno-MarCom Greenhost Boutique Hotel/Antok Wesman-Impessa.id)