Panggung Musik Elektronik Stealth FKY 30 : Musik Penanda Zaman

Konser Panggung Musik Elektronik FKY 30 awal Agustus 2018 berlangsung di Jogja National Museum (JNM), Rabu (01/08) pukul 15:00 WIB.
Impessa.id, Jogja : Konser Panggung Musik Elektronik (PME), salah satu program FKY 30 yang mengawali Agustus 2018 berlangsung di Jogja National Museum (JNM), Rabu (01/08) pukul 15:00 WIB, menghadirkan kembali sekaligus membagikan pengetahuan perkembangan varian musik elektronik yang pernah mewarnai skena musik elektronik nasional.
Musik elektronik terus berkembang dari waktu ke waktu, melahirkan berbagai varian genre, style, dan eksperimentasi. Beberapa kelompok musik elektronik yang lama tidak muncul dan terdengar, ternyata tidak sepenuhnya menghilang, ada yang memilih internasional sebagai ranah berkarya, ada juga yang senantiasa menggali lebih dalam, bahkan ada yang membaur ke disiplin seni lain. Singkatnya, mereka tetap ada dan terus berkarya. Seolah menghilangn layaknya Stealth, tema Musik Elektronik FKY 30, 2018.
Panggung Musik Elektronik FKY 30 diselenggarakan bersama Soundboutique, menampilkan HMGNC, Electrofux, Electrocore feat. Bayu Mondayz, Teknoshit, Latex, Soni Irawan X Jogja Noise Bombing, Soundboutique X DJ Paws, dan VJ Visuil Jitsit. Koordinator Musik Elektronik, Lintang Enrico menggungkapkan bahwa, barisan penampil tersebut konsisten berkarya dan mempunyai pengaruh kuat di komunitas dan skena musik elektronik modern. Contohnya, Jogja Noise Bombing, mewakili musik elektronik experimental Indonesia saat ini.
Aktifitas pergerakan mereka menjadi penanda zaman, seperti Electrocore, Teknoshit, HMGNC dan Jogja Noise Bombing. “Di akhir tahun 90-an, Yogyakarta merupakan salah satu tempat berkembangnya musik elektronik di Indonesia. Namun saat booming club culture, ada pergeseran minat yang awalnya produser musik, berubah menjadi DJ di Club. Industri membanjir, menyebabkan perkembangan musik elektronik menjadi stuck,” jelas Direktur Program Pertunjukan FKY 30, Ishari Sahida.
Menurut Iishari Sahida, setelah tahun 2010, musik elektronik kembali berkembang dengan banyaknya penggiat musik elektronik yang cenderung underground, seiring dengan berkembangnya tren social media, khususnya di musik, seperti bandcamp, soundcloud, dan Netlabel. Hingga muncul tren me-remix lagu orang lain. “Kebanyakan dari mereka, akhirnya menciptakan musik elektronik untuk bisnis. Beberapa diantaranya dengan perform (pentas), sedangkan beberapa yang lainnya mengembangkan musik eksperimental elektronik dan musik noise," tuturnya.
Dinamika itu muncul di Yogyakarta, bahkan penggiat musik noise dari Amerika Serikat Adam Moralsky dan Bob Ostertag dari Timeghost Noise, ketika ditemui wartawan Antok Wesman, saat mengikuti perhelatan Festival Musik Noise Internasional 2016 di ICAN Suryodiningratan, tepatnya Jum’at malam (22 Januari), disaksikan Indra Menus, inisiator Jogja Noise Bombing, menyatakan klaimnya bahwa Jogja adalah Ibukota Musik Noise Dunia, cabang musik elektronik.
Ditambahkan, pada awalnya, yang mengembangkan musik elektronik adalah musisi yang berada di kota, sedangkan musisi yang di pelosok hanya menjadi pembeli. Berkebalikan dengan sekarang, musik elektronik di pelosok yang berkembang. Sebagai catatan, musik elektronik berkembang seiring dengan perkembangan musik hip hop (yang juga merupakan musik elektronik). Mengingat kemunculan musik elektronik di Yogya dimulai dari munculnya kelompok musik hip hop seperti G-Tribe, serta beberapa musisi eksperimental dan kontemporer lainnya.
“Perataan musik elektronik saat ini, juga tidak lepas dari perkembangan zaman. Karenanya, harus ada penegasan khusus bahwa di Yogya pernah bermunculan musisi musik elektronik, yang sampai saat ini memiliki ‘nafas kehidupan’. Dengan demikian, musik elektronik memang punya potensi yang besar di Yogya, dan FKY wajib mengakomodasi potensi apapun yang ada di DIY,” paparnya.
Serupa dengan Ishari Sahida, Koordinator Musik Elektronik, Lintang Enrico menambahkan, musik elektronik mulai dikenal luas oleh publik sekitar akhir tahun 1990an dimana beberapa group dan artis berhasil menghiasi media-media besar, lalu dilanjut tahun 2010an hingga kini yang tidak pernah tenggelam. Hanya trend rotasi sub genre musik elektronik yang terjadi. Jadi, musik elektronik membawa pengaruh besar dalam budaya musik 10 tahun terakhir baik dari sisi teknis dan teknologi hingga jenis produksi suara.
“Sub Genre yang terlalu luas dan sifatnya yang hybrid menjadikan musik elektronik berevolusi sangat cepat. Banyak sub genre baru yang lahir dari internet, dari generasi dan untuk generasi internet, seperti Vaporwave, Future Funk, Future Step dll. Jadi seperti yang saya sampaikan diatas, ‘hanya trend rotasi sub genre musik elektronik yang terjadi’. Singkatnya, musik elektronik punya banyak sekali sub genre seperti Jungle, House, Breaks, Big Beat, dll. Dan masing-masing banyak dipengaruhi dari musik yang sudah hadir sebelumnya,” jelas Lintang.
Ditambahkan Lintang, scena musik elektronik di Yogya sendiri selama 3-5 tahun terakhir kembali ramai, banyak penggiat-penggiat muda bermunculan terutama di wilayah experimental dan kolektive DJ. Beberapa venue baru juga bermunculan. Selain itu, musik elektronik membawa pengaruh besar dalam budaya musik 10 tahun terakhir, baik dari sisi teknis dan teknologi hingga jenis produksi suara.
Banyak moment penting seperti event musik elektronik dan group musik elektronik lahir di Yogya. Beberapa edisi FKY di masa lampau juga pernah jadi saksi betapa seru skena Musik Elektronik. Maka FKY30 yang sejak 23 Juli -31 Juli 2018 telah dikunjungi lebih dari 73.000 orang ini menjadi ajang yang pas untuk kembali memanggil penampil yang punya peran penting sebagai penanda zamannya. (Sek-FKY/Foto:Dok/Tok)