Event

Ananta Hari N Gelar Pameran Tunggal Sepeda Roda Tiga, Di Bentara Budaya Yogyakarta 6-13 Januari 2024

Ananta Hari N Gelar Pameran Tunggal Sepeda Roda Tiga, Di Bentara Budaya Yogyakarta 6-13 Januari 2024

Ananta Hari N Gelar Pameran Tunggal Sepeda Roda Tiga, Di Bentara Budaya Yogyakarta 6-13 Januari 2024

Memori Kekecewaan dan Ego Sepeda Roda Tiga, pada Penciptaan Karya Seni Rupa

Impessa.id, Yogyakarta: Latar belakang pameran “Sepeda Roda Tiga” merupakan hasil dari penciptaan berbasis riset, dalam mengurai memori perundungan pada masa kecil seniman yang tidak memiliki sepeda sebagai alat bermain sehingga selalu di bully dan dikucilkan teman sebaya serta terdapat unsur kekerasan, kelemahan, kecemasan, dan ketakutan yang sangat menakutkan.

Kurator pameran, Profesor. Dr. M. Agus Burhan., M.Hum menyebutkan tujuan pameran untuk mengekpresikan dorongan batin dalam kaitannya dengan memori masa kanak-kanak menjadi sebuah penciptan karya seni rupa Sepeda Roda Tiga; untuk membangun simbolisasi memori masa kanak-kanak dan aktualisasi diri masa kini dalam bentuk penciptaan karya seni rupa kontemporer.

“Melalui eksplorasi medium dan teknik yang relevan dalam penciptaan karya seni rupa kontemporer Sepeda Roda Tiga, pameran dengan hasil penelitian itu menggunakan teori Id-Ego-Superego, Sigmund Freud serta metode riset atau penelitian dalam penciptaan seni menggunakan Practice Based Research Mika Hannula, Juha Suoranta & Tere Veden Mace & Ward’s,” ungkap Profesor Agus Burhan.

Penciptaan karya-karya tersebut menghasilkan 12 karya dengan 4 karya utama dan 8 karya potongan cerita yang terdiri dari 1. Memompa Degub Jantung Balapan; 2. Figur Sepeda Roda Tiga Adikku; 3. Sang Perundung; dan 4. Geng Anak-anak Nakal. Selebihnya adalah karya penggalan proses awal hingga akhir yaitu karya yang berhudul: 5. Putaran Yang Tak Terkalahkan; 6. Kecil-Kecil Cabe Rawit Runcing; 7. Anak Kembar Bernama Duntar; 8. Anak Kembar Bernama Dinto; 9. Jijik Ludah Mu dan Tajam Sumpah Serapah Mu; 10. Mata Rantai Kebebasan; 11. Bapak Ku Seorang Mantan Militer Yang Keras Kepala; dan 12. Jadilah Seorang Tentara. Semua karya tersebut merupakan karya seni rupa kontemporer, yang terbebas dari kategori-kategori seni rupa konvensional.

Disimpulkan terdapat idiom atau bentuk-bentuk visual dan menemukan materi, medium yang tepat dalam proses penciptaan kaya seni rupa kontemporer, prinsip in and through dalam setiap tahapan proses penciptaan karya diputar ulang menjadi simbol bagi kondisi masa lalu dan masa sekarang. Pameran ini mengetengahkan berupa temuan penciptaan, adalah seni rupa kontemporer yang bisa mengungkapkan memori kekecewaan masa kanak-kanak dengan bentuk-bentuk yang bebas kategori-kategori seni konvensional (patung, lukis, kriya) menggunakan teknik upcycle dari logam. Itu semua menyimbolkan ekspresi masa lalu yang keras dan penuh kekecewaan. (Meuz Prast/Antok Wesman-Impessa.id)