Pentas Sandiwara Bahasa Jawa SEDHUT SENUT Semarakkan HUT RI di Kampung Tegalsari Sewon Bantul Yogyakarta
Pentas Sandiwara Bahasa Jawa SEDHUT SENUT Semarakkan HUT RI di Kampung Tegalsari Sewon Bantul Yogyakarta
Impessa.id, Yogyakarta: Penampilan sandiwara berbahasa Jawa di Yogyakarta belakangan ini kembali marak. Salah satunya diwakili Kelompok Sedhut Senut. Pada awal pertengahan 2023 mereka sukses menggelar serangkaian pentas keliling diikuti banyak kelompok se Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam gelaran Festival Milangkori. Tujuannya untuk menggairahkan sekaligus menggali dan memunculkan aktor-aktor baru pelaku seni pertunjukan sandiwara berbahasa Jawa.
Bagi yang penasaran seperti apa penampilannya ,temukan jawabnya Jumat (25/8) mulai pukul 19.00 WIB, kelompok Sedhut Senut menggelar pentas dengan lakon "Luput" di Ndalem Widihastan Tegalsari RT 01 Geneng, Panggungharjo, Sewon, Bantul, DIY. Pementasan tersebut dalam rangka menyemarakan HUT RI Ke 78 dan acara dibuka dengan pentas biola pelajar Komunitas Andum Violin menyajikan lagu-kebangsaan dan daerah Nusantara.
Lakon "Luput" berkisah adanya warga kampung yang hendak punya hajatan pernikahan. Warga kampung pun bergotong-royong memasang tarub. Pada saat itu muncul persoalan karena salah satu warga punya gaya hidup yang berbenturan dengan kepentingan warga lainnya. Konflik meruncing dan berimbas pada buyarnya hajatan kampung.
Melalui lakon "Luput", kelompok Sedhut Senut ingin menyuarakan pentingnya sesama warga bangsa menjaga hubungan harmonis, tepo seliro atau toleransi, semangat persatuan dalam keberagaman suku, etnis dan agama.
Kelompok Sedhut Senut yang digawangi Elyandra Widharta, Fajar Murdiyanto, Ibnu Gundul Wibowo, Tuminten, Bambang Gundul, Gepeng selama ini dikenal piawai mengolah cerita kehidupan sehari-hari masyarakat menjadi lakon yang menarik, unik dan sarat dengan guyonan. Lokasi pementasannya pun unik, tidak di gedung-gedung seni pertunjukan maupun instansi pemerintah, melainkan memilih pentas di tengah-tengah pemukiman warga seperti pelataran kampung, teras rumah warga hingga pinggir kali. Tidak ada jarak antara pemain dan penonton.
Aktor Whani Darmawan mengungkapkan untuk masyarakat Jawa pertunjukan Sedhut Senut sangat humble, renyah, bahkan menimbulkan tawa aklamatif spontan.
"Ini adalah kelompok sandiwara yang tumbuh dengan konsep non ribet, 'narima ing pandum.' Pentas di mana, kapan saja, fasilitas seminim apapun bisa. Di mana bumi dipijak di situ panggung dijunjung, seperti main di lapangan badminton, gardu ronda, jalan kampung, teras rumah, pendapa warga, dan semacamnya. Jangan tanya jumlah penonton, apalagi tontonan yang diselenggarakan secara gratis ini," ujarnya.
Kelompok Sedhut Senut merupakan kelompok sandiwara berbahasa Jawa yang mulanya bernama Komunitas Sego Gurih. Berdiri sejak 1998 di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia di Bantul, kemudian pada 2017 berubah nama menjadi Kelompok Sedhut Senut.
Menurut Whani Darmawan, kelompok Sedhut Senut bisa dibilang sebagai salah satu referensi kekinian sekaligus percontohan terkait dengan esksistensi sandiwara berbahasa Jawa di DIY. Sedhut Senut banyak mengadakan workshop dari desa ke desa untuk bekerjasama menumbuhkan ekspresi pemikiran perihal apapun dalam bentuk sandiwara bahasa Jawa. (Widihasto/Antok Wesman-Impessa.id)
