Ekonomi-Bisnis

Dedi Irawan, Pelukis Muda Jogja, Gelar Pameran Tunggal Perdana Di Artotel Yogyakarta Hingga 2 Januari 2022

Dedi Irawan, Pelukis Muda Jogja, Gelar Pameran Tunggal Perdana Di Artotel Yogyakarta Hingga 2 Januari 2022

Dedi Irawan, Pelukis Muda Jogja, Gelar Pameran Tunggal Perdana Di Artotel Yogyakarta Hingga 2 Januari 2022

Impessa.id, Yogyakarta: Setelah hampir lima tahun vakum meninggalkan dunia seni lukis, Dedi Irawan lulusan Seni Lukis ISI Yogyakarta, mulai gelisah, makan tak enak, tidur tak nyenyak, DNA nya sebagai seniman lukis mulai berontak, akhirnya di tahun 2020, mulailah dia membuat sket-sket hingga terwujud karya-karya lukis abstraknya bergaya kekinian, gaya anak muda millennial, yang kini dipamerkan hingga 2 Januari 2022, di lobby Artotel Yogyakarta Jalan Kaliurang KM 5.6, dalam tajuk “Healer”.

Kepada Impessa.id, Dedi menuturkan bahwa judul pameran tunggal perdananya itu sebagai penyembuh dirinya selama lima tahun meninggalkan dunia seni Lukis yang sebelumnya pernah dia tekuni usai lulus dari bangku kuliah dan mengikuti banyak pameran bersama. “Saya sibuk bekerja dibidang lain, bahkan sempat buka café, setelah lima tahun berjalan semua yang saya lakukan itu terasa kurang nyaman, ada sesuatu yang hilang, batin ini mulai bergejolak, akhirnya saya mulai menggambar lagi, membuat sket hingga jadilah lukisan-lukisan ini dan saya memutuskan untuk menggelar pameran tunggal, dibantu Zul mengajukan proposal ke Artotel, dan kini terwujudlah pameran tunggal perdana saya disini, sebagai healer buat diri saya,” akunya.

Dedi Irawan yang bermukim di daerah Pandak Bantul kini merasakan isi dadanya telah tersiram air segar membuatnya bernafas lega. Paralel dengan menurunnya PKM -Pembatasan Kegiatan Masyarakat dari level 3 ke level 2, aktivitas dengan Prokes ketat mulai bangkit kembali, termasuk kegiatan yang dilakukan Dedi di Artotel Yogyakarta yang memajang 10 karya lukisan terbarunya acrylic diatas kanvas dengan size variasi, mulai dari 30x30 Cm hingga 1x1 meter, juga ada variabel dimensi, termasuk dua karya lukis di atas kaca masing-masing berjudul “Healer” dan merespon instalasi jendela berbentuk distorsi.karya Zulfian Amrullah, sang Penata Artistik ArtJog, yang oleh Dedi diberi judul “Inter-Galactic..” meng-halu ketika dikamar melihat keluar lewat jendela tersebut.

Pas pandemi mulai merebak, Dedi sudah terlanjur membuat banyak sket, saran dan masukan teman-temannya agar sket itu dituangkan ke kanvas semakin memotivasi Dedi untuk kembali menekuni dunia Lukis, alhasil karya lukis berjudul “Nothing Perfect” menjadi lukisan anyar pertamanya, disusul lukisan-lukisan berikutnya. Lukisan “Nothing Perfect” yang kini dipajang di Artotel tersebut berhasil lulus nominasi event Nandur Srawung 2020 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dedi yang senang menggambar sejak kanak-kanak, bahkan sampai sekarang bekas coret-coretan didinding kamar di rumahnya masih membekas, mengharapkan pameran tunggal perdananya di Artotel dapat menjadi stimulan bagi dirinya sendiri.

Dalam pada itu, Zul dengan nama lengkap Zulfian Amrullah, selaku Penata Artistik pameran tunggal Dedi Irawan ketika dikonfirmasi Impessa.id mengungkapkan, ruang pamer di Artotel cukup menantang, hanya ada satu dinding putih, dinding yang lain berupa panel rotan, Zul melakukan simulasi melalui photoshop agar lukisan Dedi cocok dipasang di panel rotan tersebut, hingga beberapa kali trial and error, termasuk karya yang mana cocok dengan sorot lampu yang tersedia hanya satu rel saja, alhasil eksekusinya berhasil di acc pihak Artotel sehingga pameran bisa terwujud.

Menurut Zul, lukisan karya Dedi yang “FUN” memang cocok digelar di city hotel semacam Artotel ini, mengingat tamu yang menginap disini kebanyak anak-anak muda millennial. “Brand Artotel dengan image yang dibawa Dedi bisa saling memperkuat, karya lukisan Dedi cocok dipamerkan di Artotel, dapet feel-nya,” ujar Zul.

Angga Yuniar Santosa, pelukis muda yang hadir disela-sela pembukaan kepada Impessa.id mengatakan bahwa karya-karya yang dipamerkan Dedi merupakan transformasi dari karya Dedi sebelumnya yang lebih ke figuratif dan repetisi patern dan kini kembali ke jaman ketika Dedi masih kecil, “Dedi membuat karya-karya ini seolah tanpa beban, polos aja, dan deformasinya justru mengarah ke alam bawah sadar dia ketika dia bisa bebas untuk membuat karya, ini simbol disain grafis kekinian,” ujar Angga.

Sementara itu Nano Warsono, Direktur Galery RJ Katamsi ISI Yogyakarta, ketika ditemui Impessa.id mengungkapkan, “Seni, bagi kebanyakan orang memang sebagai Healer, sarana untuk melepaskan ketegangan, kemudian menyampaikan ekspresi, di sisi itu sebenarnya seni sangat penting, selain nilai-nilai spiritual. Yang bisa menyembuhkan sebenarnya spiritual dan cita rasa estetik, nah salah satu cita-rasa, seni itu salah satunya. Seni dalam pengertian ini masih relevan untuk menjadi bagian dari sistem kebudayaan modern yang salah satunya itu kemudian menjadi saluran untuk meredakan ketegangan, memberi ruang yang bebas, kemudian menyampaikan imajinasinya, maupun juga pendapat-pendapat yang lebih bersifat artistik, selain bisa dinikmati oleh dirinya sendiri, ketika kemudian dihadirkan dalam sebuah presentasi pameran, itu juga menjadi pengalaman, itu bisa dibagi secara visual,” ungkapnya.

Menurut Nano Warsono, Dosen di Institut Seni Indonesia -ISI Yogyakarta, lukisan-lukisan Dedi yang dipamerkan di Artotel Yogyakarta, memang mempunyai cita rasa khas anak muda dengan lifestyle kekinian.

Dalam kesempatan itu, General Manager Artotel Yogyakarta, Tuning Mamiek menambahkan, "Kami menyediakan wadah untuk kreativitas seniman muda, baik yang ada di Yogyakarta maupun yang dari daerah lain, berpameran disini, sekaligus sebagai edukasi tentang seni kontemporer bagi tamu hotel. Kami berharap pameran tunggal Dedi Irawan ini menjadi hiburan dan memberi inspirasi bagi siapa saja yang datang berkunjung ke Artotel Yogyakarta," tuturnya, (Tiwi Purba/Antok Wesman-Impessa.id)