Event

Melawan Idiom Kekerasan Lewat Monumen Marsinah

Melawan Idiom Kekerasan Lewat Monumen Marsinah

Melawan Idiom Kekerasan Lewat Monumen Marsinah

Impessa.id, Yogyakarta : Biennale Jogja XV 2019 menghadirkan karya perupa Moelyono berjudul “Pembangunan Taman Monumen Marsinah”, sosok buruh wanita yang ditemukan tewas, tanpa diketahui siapa pembunuhnya, dan oleh Moelyono dijadikan simbol perjuangan yang tidak pernah selesai.

Kehadiran karya Taman Marsinah tersebut, sebagai ruang refleksi catatan dari aktifis buruh dan pengalaman seniman menyuarakan Marsinah melalui media seni rupa, Selasa, (29/10/19) di Jogja National Museum digelar diskusi bersama Arif W Jati dari Komite Solidaritas Untuk Marsinah -KSUM dan Moelyono, diawali dengan workshop cukil kayu bersama Kelompok pelajar dan mahasiswa RODE610.

Diskusi bertajuk “Pembangunan Taman Monumen Marsinah” dimulai dengan pembahasan perbandingan pameran karya instalasi Marsinah yang pernah dilakukan pada 1993 di Surabaya dengan pameran di Biennale Equator #5.

Moelyono menjelaskan jika pameran yang dilakukan saat ini memiliki makna sebagai simbol perjuangan kaum buruh, dan sebagai refleksi kondisi saat ini. “Hal yang membedakan antara pameran pada tahun 1993 dan saat ini adalah kondisi kebebasan. Dahulu, kegiatan yang menggambarkan perjuangan buruh belum sebebas saat ini,” ungkap Moelyono.

Menurut Moelyono karya instalasi yang dibuatnya memanfaatkan patung Burung Garuda Pancasila sebagai simbol dari penguasa dan Kolam Merah berproyeksikan gambar jam, simbol perjuangan Marsinah bersama buruh-buruh lainnya di perusahaan yang memproduksi jam.

Selain itu Moelyono juga menggunakan monumen sebagai alat propaganda dengan meniru metodologi penguasa dalam menyebarkan gagasan dan mengisinya dengan narasi pinggiran, seperti tema Marsinah. “Saya bermain di bahasa visual monumen agar tema soal Marsinah menarik,” pungkasnya.

Biennale Jogja XV Equator #5, Indonesia Bersama Asia Tenggara, berlangsung pada 20 Oktober hingga 30 November 2019, di empat lokasi masing-masing di Taman Budaya Yogyakarta Jalan Sriwedani Nomor 1 Ngupasan, di Jogja National Museum Jalan Amri Yahya Nomor 1 Pakuncen, di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri –PKKH UGM serta di Jogja Contemporary Jalan RE Martadinata Blok A Nomor 50 Pakuncen-Wirobrajan. (Tim Humas/Antok Wesman)