Feature

RUMI DAY 2025 Yogyakarta, Di SaRanG Art Building, 24-27 September 2025

RUMI DAY 2025 Yogyakarta, Di SaRanG Art Building, 24-27 September 2025

RUMI DAY 2025 Yogyakarta, Di SaRanG Art Building, 24-27 September 2025

Impessa.id, Yogyakarta, Indonesia, September 2025: Selama empat hari, 24-27 September 2025, Rumi Institut dan Kirana Budi Rumi, berkolaborasi dengan GRAMM Hotel by Ambarrukmo, Dompet Dhuafa Jogja, DDTV, dan SaRanG Art Building, menghelat Perayaan RUMI DAY 2025 Yogyakarta dengan berbagai kegiatan.

Puncak acara RUMI DAY 2025 Yogyakarta, berlangsung pada Sabtu malam (27/9/2025) di SaRanG Art Building Tamantirto-Kasihan-Bantul, dengan pentas musik, tari Sufi, Doa Syukur, Talkshow, dan ditutup dengan penampilan musisi Panji Sakti.

Berikut cuplikan narasi yang memulai acara penutupan Rumi Day 2025 Yogyakarta. “O Jiwa, sampai kapan engkau berdiam di atap dan pintu yang sempat? Rumah sesak! Tinggalkan lisannya, diamlah, heninglah”. Maulana RUMI pernah berpesan, “Jangan puas dengan cerita-cerita tentang orang lain. Bukalah kisahmu sendiri”

“Malam ini kita melukis kisah kita bersama. Kisah yang ditulis dengan tinta kerinduan, dengan kertas hati yang selalu mencari, dan dengan cahaya cinta yang tak pernah padam. Malam ini ingatan kita ditarik kembali pada sosok sang pujangga agung yang lahir lebih dari delapan abad silam. Bukan hanya dunia Islam yang mengakuinya, tetapi dunia internasional pun memberi penghormatan,” ungkap Ahmad Salahuddin selaku narator.

UNESCO menetapkan hari kelahiran Maulana Jalaluddin Rumi sebagai warisan dunia. Bukan semata karena keelokan syair-syairnya, melainkan karena pesan universal yang ia titipkan. Tentang cinta yang melampaui batas, tentang persaudaraan yang menyatukan, tentang keadilan yang menegakkan martabat, dan tentang kemanusiaan yang memeluk semua perbedaan.

Sebagai pengakuan warisan besar itu, pada tahun 2007, UNESCO mencanangkan Tahun Rumi Internasional untuk menandai 800 tahun kelahiran Sang Pujangga. Sejak saat itu, setiap 30 September, diperingati untuk menghormati RUMI, penyair, guru, dan mistikus besar dari Persia abad ke-13.

Warisan tersebut bukan sekedar mengenang seorang tokoh besar, melainkan pengakuan atas kontribusinya yang mendalam bagi nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas global. Warisan Rumi adalah warisan yang melintasi bahasa, menembus sekat keyakinan, dan melampaui zaman. Peristiwa malam itu merupakan perayaan jiwa, tempat dimana kerinduan ditenun menjadi tarian kata, air mata kerinduan berubah menjadi aroma mawar, dan cinta menjelma menjadi cahaya yang tak pernah padam.

Malam penutupan Rumi Dai 2025 Yogyakarta menjadi malam peziarahan, peziarahan dari sunyi menjadi harmoni, dari kata menuju makna, dari kita menuju Dia. Rumi pernah berkata, “Diluar benar dan salah, ada sebuah padang, aku akan menemuimu disana”. Dan malam ini, padang itulah yang kita ziarahi bersama, padang perjumpaan, padang persaudaraan, padang cinta yang melampuai batas bahasa dan keyakinan.

September, menjadi saksi kelairan seorang pujangga besar, seorang guru bagi para pencari jalan. Namun September juga menyimpan jejak luka, dimana ketidakadilan masih bercokol di banyak tempat. Maulana Rumi mengatakan, “Nama Allah adalah keadilan, dan saksi atasnya adalah Dia sendiri, maka keadilan itu tampak, sebab mata Sang Pencipta menyaksikannya”.

Rumi menasihi kita bahwa “Keadilan itu ialah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, kezalkima itu ialah menaruh sesuatu bukan pada tempatnya”. Maka majelis malam itu dengan lantang menyuarakan kata-kata yang tak pernah lelah membela kemanusiaan, melalui pentas musik oleh grup musik Tanda Seru, tari Sufi oleh Muhammad Al Fajar Rizki dari Surabaya, Doa Syukur atas kiprah perjuangan para leluhur oleh M Yasser Arafat dan Talkshow, serta ditutup dengan penampilan musisi Panji Sakti.

Adapun Talkshow yang bertajuk “Merubah Mata Air Kerinduan Menjadi Aroma Mawar” menghadirkan narasumber, masing-masing, Aris Retnowati -Cluster General Manager GRAMM Hotel by Ambarrukmo, Laila Effendy -Ketua Asosiasi Psikologi Positif Indonesia, Romo A Bagus Laksono SJ -Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan Muh Nur Jabir -Direktur Rumi Institute.

Acara Bincang-bincang yang dihadiri banyak peminat tersebut diakhiri dengan penampilan salah satu pembicara yakni, Aris Retnowati yang melantunkan untuk pertamakalinya, sebuah lagu karyanya sendiri berjudul “Kau Paling Setia” yang mendapat aplaus meriah dari seluruh hadirin yang memenuhi ruang atas SaRanG Art Building Tamantirto-Kasihan-Bantul, Yogyakarta. (Feature of Impessa.id by Antok Wesman)