Feature

ASTUTI KUSUMO, Dalam Pameran NAVADASHA: BAUR WADON, Di Jogja Gallery, 11-25 September 2025, Tampilkan Karya Patung Gigantic Penari Penuh Warna Magis

ASTUTI KUSUMO, Dalam Pameran NAVADASHA: BAUR WADON, Di Jogja Gallery, 11-25 September 2025, Tampilkan Karya Patung Gigantic Penari Penuh Warna Magis

ASTUTI KUSUMO, Dalam Pameran NAVADASHA: BAUR WADON, Di Jogja Gallery, 11-25 September 2025, Tampilkan Karya Patung Gigantic Penari Penuh Warna Magis

Impessa.id, Yogyakarta, Indonesia, September 2025: Dalam Pameran Seni Rupa delapan perupa perempuan bertajuk “NAVADASHA: Baur Wadon”, memperingati ulang tahun Ke-19 Jogja Gallery, bertemakan “Nostalgia”, yang berlangsung pada 11-25 September 2025, Astuti Kusumo, yang populer dengan karya penuh warna cerah-ceria, kali ini memajang sebuiah karya patung gigantic penari full magical colour.

Daphne Mahardika penulis kuratorial pameran NAVADASHA: Baur Wadon tersebut menyitir culikan dari sebuah film pendek yang berbunyi, “Semua ini tuh cuman permainan, dan dalam permainan ini kita harus membodohi diri sendiri untuk mendapatkan apa yang kita mau”.

Disebutkan bahwa bermula dari bagaimana kehidupan jika dilihat dari dekat itu ‘tragedi’, tapi kalau dari kejauhan itu ‘komedi’. Lontaran eksentrik itu cukup ampuh untuk membantu melihat keadaan dengan cara yang lebih sederhana. Sejak mengenali adanya prinsip itu, menjalani kehidupan memang terasa lebih ringan bila tidak menyikapi semuanya terlalu serius, karena ketika kita bermain, kita harus bersenang-senang, bukan?

Melihat karya Astuti Kusumo, kita dapat melihat gerakan yang penuh kehati-hatian dan pertimbangan namun tetap berani. ‘Energi, Gerak, dan Waktu’ milik Astuti memecahkan kekosongan kanvas dengan goresan-goresan dari kuasnya yang bergerak secara magis. Warna demi warna yang ditumpahkan akhirnya menghasilkan sebongkah berlian yang berharga tidak hanya dari segi bobot, tapi setiap energi yang tertuang dalam setiap tetes warna di atas kanvas.

Astuti Kusumo tidak menemukan berliannya di permukaan, dia berhasil membebaskan berliannya dari bongkahan batu dengan tangan yang gigih. Segala sesuatu yang sudah dilalui sejauh ini, mulai dari mengingat, memulai, dan proses refleksi diri, bukan lagi sebatas untuk menemukan jati diri. Menyimpan jejak atau meninggalkan impresi, tidak hanya untuk menjadi kenangan belaka. Karena kenangan dapat terlupakan, namun jejak yang ditinggalkan dan dihayati akan menetap sebagai nilai yang tak tergantikan oleh siapapun.

Navadasha diambil dari Bahasa Sansekerta yang memiliki arti 19, dalam hal ini angka tersebut merepresentasikan usia Jogja Gallery. Sementara, Baur Wadon yang menjadi nama belakang pameran ini bermakna menyatukan delapan seniman wanita yang tercatat telah melakukan pameran tunggal di Jogja Gallery. Navadasha: Baur Wadon kelak bukan hanya sebagai sebuah pameran yang monumental, tetapi sebagai bentuk kilas balik dan refleksi diri sejauh mana galeri seni ini telah melangkah pergi.

Baur Wadon bermaksud untuk berbagi perspektif yang beragam dalam membaca kehidupan yang lentur, terbuka, penuh empati, sekaligus tegar menavigasi perubahan. Juga menjadi ajakan untuk melihat kembali dengan lebih dalam definisi yang selama ini dianggap mapan. Terwujudnya mimpi tidak bisa lepas dari perjuangan yang penuh rintangan.

Pengalaman, emosi, dan pilihan yang melingkupi hidup atau pengalaman berkarya, kadang lembut, kadang tajam, kadang gamang, namun semua itu valid. Sebagaimana rumah yang baik, Jogja Gallery memulai, mengingat, menyimpan jejak, dan memanggil untuk kembali. Maka Baur Wadon adalah panggilan untuk tidak mengabaikan kompleksitas itu, namun untuk hadir, menulis ulang, dan menampilkan kehidupan melalui bahasa visual yang intim dan beragam. (Feature of Impessa.id by Daphne-Aisa-Antok Wesman)